Bismillah…
Baru-baru  ini saya  membaca sebuah blog yang notabene sering saya ikuti. Tak  sedikit ilmu  dalam dunia penulisan yang saya dapatkan dari blog  tersebut walaupun tak  semua tulisan yang saya baca dari blog tersebut  saya sepakati. Sebagai  seorang pembaca yang baik kita juga harus kritis  dan memiliki filter  dalam melalap setiap bacaan. Menurut saya filter  yang paling ampuh dalam  menyeleksi bacaan adalah Ilmu dan  Iman/Keimanan. 
Pada waktu itu saya  mulai membuka sebuah  blog di internet yang saya baca dari sebuah HP  Nokia bertipe 5610  XpressMusic yang setia menemani saya menjelajahi  dunia maya untuk saat  ini. Saya mulai asyik membaca hasil pemikiran dari  pemilik blog  tersebut. Jika informasi yang saya terima memiliki manfaat  dan  berisikan kebenaran dan kebaikan maka saya tak akan segan-segan   menyerapnya kedalam memori yang  menurut para ahli memiliki kapasitas   melebihi komputer/Note Book manapun di dunia ini yang telah dititipkan   oleh Allah SWT kepada manusia, dialah otak dan beberapa perangkat lunak   lainnya dalam tubuh kita.  Namun tentu saja saya membutuhkan beberapa   filter seperti yang saya utarakan di atas, dalam membaca karya tulis   apapun dalam berinteraksi dengan pemikiran sang penulis, yakni : Ilmu   dan Iman/Keimanan.
Ketika saya asyik-asyik membaca  beberapa tulisan tersebut,  alangkah terkejut dan sedihnya saya membaca  sebuah ‘ungkapan selamat’  yang ditujukan kepada hari besar umat  Non-Muslim yang notabene pemilik  blognya adalah seorang Muslimah yang  dibesarkan dari keluarga Islam.  Karena sepengetahuan saya, Kita boleh  berhubungan dengan Non-Muslim  dalam hal Mu’amalah (Perdagangan atau  berinteraksi dalam kehidupan  sehari-hari), Namun tidak Pada hal Akidah  (keyakinan yang menjadi  pondasi mendasar dalam agama Islam  kepada  Ke-Esaan Allah SWT).
Untuk beberapa hal  saya bersepakat  dengan pendapatnya ketika ia mengatakan bahwa: 
“Kita tak  pernah tahu  apakah kita lebih mulia dari orang lain. Kita bukan Tuhan  yang kemudian  dengan seenaknya memberikan penghakiman salah kepada  sesuatu yang  berbeda dengan pemahaman kita”.
Dilanjutkan  dengan kalimat:
“Aku yakin Tuhan  memiliki BahasaNya  sendiri dalam menilai umatNya. Bahasa yang tak  dipahami dengan  pengetahuan manusia. Ia Maha Pengasih..... Setiap  manusia memiliki hak  dasar untuk beribadah sesuai dengan agama dan  kepercayaannya. Dan tiap  manusia tidak boleh saling memaksakan hak dan  kehendaknya tersebut”.
Dan  potongan kalimat lainnya:
“Perbedaan haruslah  dilihat  sebagai sesuatu yang memperkaya bukan menjadi sebuah problem   keberagaman. Karena itulah Tuhan menciptakan Cinta. Agar segala yang   berbeda bisa bersama karena cinta”. (Izin ngutip ya Dwi di Teras Imaji)
Sebagai  mana firman  Allah SWT dalam Surat  Cinta-Nya/ kitab suci Al-Qur’an  yang Insya Allah keotentikannya tetap  terpelihara sampai akhir zaman,  yang terdapat dalam Surat Al-Hujurrat  (49): 13-18, antara lain :
Manusia  diciptakan  berbagai bangsa untuk saling kenal
13.  Hai  manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki  dan  seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan  bersuku-suku  supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang  paling mulia  diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa  diantara kamu.  sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ciri-ciri iman yang sebenarnya
14.   Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah:   Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman  itu  belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan   Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
15.   Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang   percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak   ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka   pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
16.   Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan Allah tentang agamamu,   padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan   Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?"
17. Mereka  merasa  telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka.  katakanlah:  "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan   keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu   dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang   benar."
18. Sesunggunya Allah mengetahui apa yang ghaib   di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Bagi  saya,  kandungan kitab suci Al-Qur’an yang terdapat dalam Surat  Al-Hujuraat  (49): 13-18 di atas merupakan sebuah pencerahan dari Allah  SWT dalam  menyingkap rahasia dari penciptaan makhluknya yang beraneka  ragam di  dunia ini.
Namun, Maafkan jika  saya berbeda  dalam menanggapi ‘ucapan selamat hari besar kepada  Non-Muslim’, karena  hal itu jelas-jelas sudah melanggar/menerobos  batas-batas Akidah bagi  kita sebagai umat Muslim, baik ‘taat/ tidak’.
Keterangan  tersebut  bisa kita telusuri dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam beberapa  ayat yang  terdapat dalam beberapa Surat Cinta dari Allah SWT, antara  lain :
- Dalam Surat Ash-Shaaffaat (37): 149-160, Allah SWT berfirman :
 
Tak layak Allah  mempunyai anak  perempuan
149. Tanyakanlah (ya  Muhammad) kepada  mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk Tuhanmu  anak-anak  perempuan dan untuk mereka anak laki-laki [1291],
[1291]. Orang musyrikin  mengatakan bahwa Allah  mempunyai anak-anak perempuan (malaikat),  padahal mereka sendiri  menganggap hina anak perempuan itu. 
150.  atau  apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan  mereka  menyaksikan(nya)?
151. Ketahuilah bahwa  sesungguhnya  mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan:
152.   "Allah beranak. " Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang   berdusta.
153. Apakah Tuhan memiliki (mengutamakan)   anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?
154.  Apakah  yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?
155.   Maka apakah kamu tidak memikirkan?
156.  Atau  apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?
157. Maka bawalah   kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar.
158. Dan  mereka  adakan (hubungan) nasab antara Allah dan jin. Dan sesungguhnya  jin  mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka),
159.  Maha Suci Allah dari apa yang  mereka sifatkan,
160.  Kecuali hamba-hamba Allah[1292] yang  dibersihkan dari  (dosa).
[1292]. Yang dimaksud hamba Allah di   sini ialah golongan jin yang beriman.
- dalam Surat Al-Ikhlas (112): 1-4, Allah SWT berfirman :
 
AL-IKHLAS  (MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH)
Dengan menyebut nama  Allah yang Maha Pemurah lagi Maha  Penyayang
ARTI  KEESAAN TUHAN
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang  Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung   kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tidak  pula  diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang  setara  dengan Dia."
- Dalam Surat Al-Jinn (72): 1-4, Allah SWT berfirman :
 
Al-JIN (JIN)
Dengan  menyebut nama Allah yang  Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1.  Katakanlah (hai Muhammad): "Telah  diwahyukan kepadamu bahwasanya:  telah mendengarkan sekumpulan jin (akan  Al-Qur'an), lalu mereka  berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan  Al-Quran yang  menakjubkan,
2. (yang) memberi petunjuk  kepada jalan yang  benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami  sekali-kali tidak akan  mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,
3.  dan  bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan   tidak (pula) beranak.
4. Dan  bahwasanya: orang yang  kurang akal daripada kami selalu mengatakan  (perkataan) yang melampaui  batas terhadap Allah[1522],
[1522]..  Yang  dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah mengatakan  bahwa  Allah mempunyai isteri dan anak.
Dikutip  dari: Al-Qur’an Digital.
Surat  Cinta-Nya/ Al-Qur’an yang diperuntukkan Allah SWT kepada Kita  sebagai  Manusia... Semestinyalah Surat Cinta-Nya/ Al-qur’an itu menjadi  salah  satu tempat bertanya sebelum Kita menyimpulkan sesuatu tentang  Tuhan  yang Maha Esa.   
Ada  sebuah  kisah yang pernah diceritakan oleh Saudara Seimanku bernama Cece  ’Sari  Anggraeni’( semoga Allah merahmatinya), pada saat saya akan  berangkat  penelitian kesebuah daerah di Pesisir Selatan, Sumatera Barat,  tepatnya  di Kenagarian Inderapura. Pada saat itu dengan penuh kasih  sayang Cece  pun mulai bertutur: ”Dek...Cece punya sebuah cerita tentang  dua orang  pemuda yang sama-sama memiliki ilmu/ kecerdasan intelektual  namun  berbeda dalam kualitas keimanan. 
”Pada   suatu hari ada seorang Pemuda A (Ia memiliki kecerdasan intelektual  yang  memadai dan kualitas keimanan yang baik kepada Allah SWT), ia  berkunjung  kesebuah desa. Pada saat itu ia melihat masyarakat setempat  sedang  melakukan ritual penyembahan berhala. Ketika masyarakat di desa  itu  melihat Pemuda A tersebut berjalan dihadapannya, maka mereka  meminta  Pemuda A tersebut mengorbankan seekor lalat untuk  dipersembahkan kepada  berhala tersebut. Jika  ia tidak melakukannya maka  masyarakat tersebut mengancam akan  membunuhnya pada saat itu. Di  sinilah keimanan Pemuda A tersebut diuji  oleh Allah SWT... dengan tegas  dan keyakinan yang mantap dia mengatakan  ”Tidak” kepada sekelompok  masyarakat yang mengadakan ritual  penyembahan terhadap berhala tersebut.  Akhirnya masyarakat  beramai-ramai menghabisi nyawanya pada saat itu  juga... Namun dalam  perjuangannya mempertahankan Akidah/Tauhid kepada  Allah SWT, Allah SWT  menjanjikan ’Syurga’ kepadanya (Subhanallah...Maha  Suci Allah).   
Suatu kali ada seorang  Pemuda B  (Ia memiliki kecerdasan intelektual yang memadai, namun  kualitas  keimanannya masih dipertanyakan oleh Allah SWT). Ia berkunjung  ke  sebuah desa yang sama dengan Pemuda A di atas. Pada saat itu ia  melihat  masyarakat setempat sedang melakukan ritual penyembahan berhala.   Ketika masyarakat di desa itu melihat Pemuda B tersebut berjalan   dihadapannya, maka mereka meminta Pemuda B tersebut mengorbankan seekor   lalat untuk dipersembahkan kepada berhala tersebut. Jika ia tidak   melakukannya maka masyarakat tersebut mengancam akan membunuhnya pada   saat itu. Akhirnya Pemuda B itu berfikir ”Apa salahnya saya diminta   mengorbankan seekor lalat bagi sebuah ritual adat masyarakat setempat?”.   Akhirnya ia mengorbankan seekor lalat dalam ritual penyembahan berhala   tersebut, pada saat itu dia selamat dari ancaman pembunuhan yang di   utarakan oleh masyarakat setempat. Namun tak lama berselang Allah SWT   memberikan ketetapan pada takdir hidupnya, ketika ia meninggal dunia   maka Allah SWT menetapkan tempat yang layak baginya yaitu ’Neraka’.  ”
Lho...Apa  salahnya  hanya diminta mengorbankan seekor lalat dalam ritual adat  masyarakat  setempat dalam menyembah berhala? Letak salahnya adalah  karena Pemuda B tersebut rela mengorbankan keimanannya yang   paling berharga kepada Allah SWT demi seekor lalat.   Wallahu’alam Bishawab...
Kisah   di atas diambil dari sebuah Hadits... Namun maafkan saya, karena untuk   saat ini saya belum bisa memberi tahu siapa perawinya (para pakar   Hadits-nya). Karena saya baru sebatas mendengarkan kisahnya dari seorang   Saudara Seiman... bagi saudara-saudaraku yang mengetahui perawi   haditsnya, Silahkan diberitahukan dalam kolom komentar... Terimakasih   sebelumnya
Maka  berhati-hatilah  bagi saudara-saudaraku yang ingin mengucapkan  ”selamat” pada hari besar  umat Non-Muslim, karena setahu saya, para  ulama Islam telah bersepakat  mengatakan bahwa mengucapkan kata  ”selamat” pada hari besar Umat  Non-Muslim, hukumnya sama dengan hukum  ”memakan daging Babi, Bangkai,  atau Darah” bagi Umat  Islam. Hayo, mau  ngucapin selamat lagi ya ???  Pikirkanlah kembali Konsekuensinya  Saudaraku Seiman dan Se-Islam,  sebelum kata itu terucap dari bibirmu,  atau tulisan-tulisan di blogmu,  atau media sejenisnya... 
Inilah  yang dikenal  dengan sebutan Ghozul Fikri (Perang Pemikiran) yang  dielu-elukan baik  oleh kaum Yahudi maupun kaum Nasrani, yang telah  diabadikan oleh Allah  SWT dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam surat  Al-Baqarah (2): 120, antara  lain :
120.  Orang-orang Yahudi  dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga  kamu mengikuti agama  mereka. katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah  itulah petunjuk (yang  benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti  kemauan mereka setelah  pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak  lagi menjadi pelindung dan  penolong bagimu. 
Dalam Suatu riwayat dikemukakan  bahwa kaum  Yahudi Madinah dan kaum Nashata Najran mengharap agar Nabi  SAW shalat  menhadap qiblat mereka.Ketika Allah SWT membelokkan qiblat  itu ke  Ka'bah, mereka merasa keberatan. Mereka berkomplot dan berusaha  agar  supaya Nabi SAW menyetujui qiblat sesuai dengan agama mereka. maka   turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 120) yang menjelaskan bahwa   orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashara tidak akan senang kepada Nabi   Muhammad SAW walaupun keinginannya dikabulkan. (Diriwayatkan oleh   Tsa'labi yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Kita  sudah terlalu  terbiasa dididik oleh media massa atau elektronik dari  kecil hingga kini  dengan menyaksikan berbagai simbol-simbol yang  dikenakan oleh  orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga kita menganggap  hal tersebut  merupakan sesuatu hal yang biasa-biasa  saja, tanpa  berusaha berfikir  kritis apa makna-makna simbol itu sebenarnya? apa  efeknya pada keimanan  kita yang lambat-laun, sedikit demi sedikit mulai  tergerus dari fitrah  Islam yang sebenarnya? Dan menganggap sesuatu hal  yang tabu menjadi  sesuatu hal yang biasa-biasa saja... Dan bahkan  menyimpulkan sesuatu  tentang Tuhan Yang Maha Esa melalui perspektif  kita sebagai manusia yang  banyak sekali kelemahannya dalam pandangan  Allah SWT. Salah satu  contoh, kelemahan saya dalam pandangan Allah SWT  adalah sampai detik ini  saya belum mampu menahan satu (1) jerawat pun  yang ingin tumbuh dan  berkembang biak di pipi saya, sehebat apapun obat  jerawat yang telah  ditemukan oleh para ilmuwan dunia saat ini, namun  mereka tetap tidak  sanggup menahan laju pertumbuhan jerawat di wajah  seseorang, kecuali  hanya sebatas mengobatinya. Betul nggak  saudaraku?
Jika  ingin  menyimpulkan sesuatu tentang Agama Islam atau Allah SWT (Tuhan  Yang  Maha Esa) maka kewajiban kitalah sebagai Umat Muslim untuk  mempelajari  Al-Qur’an lebih intens lagi dan mempelajari secara kontinyu  ayat-ayat  yang terkandung di dalamnya serta melakukan tadabur/  perenungan  terhadap ayat-ayat Suci Al-Qur’an di alam semesta. Agar kelak  ”Golden  Age” zaman keemasan yang pernah diraih oleh Umat Islam di Dunia  ini  terulang kembali dimasa mendatang. Karena dalam kandungan ayat-ayat   suci Al-Qur’an menyatakan bahwa, kemenangan itu dipergilirkan oleh   Allah SWT disetiap zamannya. Zaman boleh berganti, namun keotentikan dan   kekinian (secara kontekstual) Kitab Suci Al-Qur’an akan tetap terjaga   dan terpelihara sampai akhir zaman dan saya yakin Janji Allah SWT itu   PASTI... :) 
Akhir  kata saya  berterimakasih kepada saudara seiman dan se-Islam di blog  yang saya  ikuti di ”Teras Imaji”... yang telah memberikan inspirasi  kepada saya  untuk melakukan ”Self Talk” (berdialog dengan diri sendiri  dalam  menemukan jawaban-jawaban yang Insya Allah dituntun oleh Hati  Nurani).  Sampai akhirnya mengalirlah dengan deras, deras, deras...  rangkaian kata  demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi  paragraf... dan saya pun  enggan untuk berhenti menulis... Subhanallah :)
Saling   berbagi ilmu yang bermanfaat ya saudaraku, karena saya pun masih   belajar menulis sampai detik ini. Jika ada kesalahan dan kejanggalan   dalam tulisan ini, saya dengan senang hati menerima masukan dan saran   yang konstruktif dari saudara-saudaraku yang lebih dulu menapaki dunia   penulisan. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih sebelumnya atas waktu   dan perhatiannya dalam meluangkan sejenak waktu untuk membaca blog   ini... :)
Fastabiqul   Khairat... Mari berlomba-lomba dalam kebaikan... :) 
Semoga   kelak Allah SWT memperkenankan kita berkumpul di Jannah-Nya dengan   Rahmat-Nya, Aamiiin. Karena tanpa Rahmat dari Allah SWT, sebanyak apapun   amal ibadah yang kita lakukan di dunia ini belumlah sanggup untuk   membayar nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT semasa hidup   kita di dunia, salah satu contohnya saja nikmat mata,  tanpa  sepasang mata, Maka... mungkin saya tak akan sanggup menggetik  tulisan  ini apalagi membacanya, Betul nggak saudara-saudaraku?  
Dari  seorang saudara yang  memiliki banyak sekali kelemahan dalam pandangan  Allah SWT, yang  menyayangi saudara-saudara seiman dan se-Islam karena  Allah  SWT.
Wassalam...  :)
*****
Tulisan   ini juga berlaku pada peringatan hari tahun baru Masehi yang akan   diperingati beberapa hari lagi dalam hitungan mundur, jika kita mulai   menelusuri sejarah tahun baru Masehi tersebut yang notabene bukan   berasal dari nilai-nilai Islami. Ayo...Umat Islam Bangkit...dari   tidur panjangmu. Bukan saatnya lagi untuk bermimpi, namun bangun dan   realisasikan mimpimu menjadi nyata, sekalipun dalam kelemahan fisik yang   mendera (Masak Kita mau kalah sama Syeh Ahmad Yasin  dalam  kondisi lumpuh dibalik kursi rodanya, namun Beliau mampu  menggerakkan  ribuan umat Islam di Palestina untuk melakukan gerakan  Intifadah melawan  negara penjajah dengan bersenjatakan batu dalam  genggaman yang  dilemparkan kehadapan musuh-musuh Allah serta  menginspirasi begitu  banyak Umat Islam di Dunia untuk melanjutkan  perjuangan suci dalam  menegakkan panji-panji Islam di muka bumi atau Steven  Hawking, seorang ilmuwan fisika yang sangat briliant dengan  keilmuannya dibalik  keterbatasan fisiknya... Malu Saya).
Semoga   tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi diri yang sering alpa ini, dan   bagi saudara-saudaraku yang selalu berusaha melakukan evaluasi diri   secara kontinyu dalam melakukan pembaharuan dalam diri (baik   memperbaharui niat, memperbaharui tobat, memperbaharui Impian/   Cita-cita, dll),  because No Body's        Perfect In The World, But We Can Share   Each Other To Make The Perfect World ... :)
Hamasah...
Keep   Spirit..
Ganbatte  Kudasai...
Pasya,  Wacaca  Fighting...
SEMANGAAAAAAAAAAAAAAT…  :)
Bukittinggi,   29/12/2010.