Rabu, 29 Desember 2010

Adab Bergaul Antara Umat Muslim Dan Non-Muslim

Bismillah…


Baru-baru ini saya membaca sebuah blog yang notabene sering saya ikuti. Tak sedikit ilmu dalam dunia penulisan yang saya dapatkan dari blog tersebut walaupun tak semua tulisan yang saya baca dari blog tersebut saya sepakati. Sebagai seorang pembaca yang baik kita juga harus kritis dan memiliki filter dalam melalap setiap bacaan. Menurut saya filter yang paling ampuh dalam menyeleksi bacaan adalah Ilmu dan Iman/Keimanan. 

Pada waktu itu saya mulai membuka sebuah blog di internet yang saya baca dari sebuah HP Nokia bertipe 5610 XpressMusic yang setia menemani saya menjelajahi dunia maya untuk saat ini. Saya mulai asyik membaca hasil pemikiran dari pemilik blog tersebut. Jika informasi yang saya terima memiliki manfaat dan berisikan kebenaran dan kebaikan maka saya tak akan segan-segan menyerapnya kedalam memori yang  menurut para ahli memiliki kapasitas melebihi komputer/Note Book manapun di dunia ini yang telah dititipkan oleh Allah SWT kepada manusia, dialah otak dan beberapa perangkat lunak lainnya dalam tubuh kita.  Namun tentu saja saya membutuhkan beberapa filter seperti yang saya utarakan di atas, dalam membaca karya tulis apapun dalam berinteraksi dengan pemikiran sang penulis, yakni : Ilmu dan Iman/Keimanan.

Ketika saya asyik-asyik membaca beberapa tulisan tersebut, alangkah terkejut dan sedihnya saya membaca sebuah ‘ungkapan selamat’ yang ditujukan kepada hari besar umat Non-Muslim yang notabene pemilik blognya adalah seorang Muslimah yang dibesarkan dari keluarga Islam. Karena sepengetahuan saya, Kita boleh berhubungan dengan Non-Muslim dalam hal Mu’amalah (Perdagangan atau berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari), Namun tidak Pada hal Akidah (keyakinan yang menjadi pondasi mendasar dalam agama Islam  kepada Ke-Esaan Allah SWT).

Untuk beberapa hal saya bersepakat dengan pendapatnya ketika ia mengatakan bahwa: 

“Kita tak pernah tahu apakah kita lebih mulia dari orang lain. Kita bukan Tuhan yang kemudian dengan seenaknya memberikan penghakiman salah kepada sesuatu yang berbeda dengan pemahaman kita”.

Dilanjutkan dengan kalimat:

“Aku yakin Tuhan memiliki BahasaNya sendiri dalam menilai umatNya. Bahasa yang tak dipahami dengan pengetahuan manusia. Ia Maha Pengasih..... Setiap manusia memiliki hak dasar untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Dan tiap manusia tidak boleh saling memaksakan hak dan kehendaknya tersebut”.

Dan potongan kalimat lainnya:

“Perbedaan haruslah dilihat sebagai sesuatu yang memperkaya bukan menjadi sebuah problem keberagaman. Karena itulah Tuhan menciptakan Cinta. Agar segala yang berbeda bisa bersama karena cinta”. (Izin ngutip ya Dwi di Teras Imaji)

Sebagai mana firman Allah SWT dalam Surat Cinta-Nya/ kitab suci Al-Qur’an yang Insya Allah keotentikannya tetap terpelihara sampai akhir zaman, yang terdapat dalam Surat Al-Hujurrat (49): 13-18, antara lain :

Manusia diciptakan berbagai bangsa untuk saling kenal

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ciri-ciri iman yang sebenarnya

14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?"

17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar."

18. Sesunggunya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.


Bagi saya, kandungan kitab suci Al-Qur’an yang terdapat dalam Surat Al-Hujuraat (49): 13-18 di atas merupakan sebuah pencerahan dari Allah SWT dalam menyingkap rahasia dari penciptaan makhluknya yang beraneka ragam di dunia ini.

Namun, Maafkan jika saya berbeda dalam menanggapi ‘ucapan selamat hari besar kepada Non-Muslim’, karena hal itu jelas-jelas sudah melanggar/menerobos batas-batas Akidah bagi kita sebagai umat Muslim, baik ‘taat/ tidak’.

Keterangan tersebut bisa kita telusuri dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam beberapa ayat yang terdapat dalam beberapa Surat Cinta dari Allah SWT, antara lain :
  • Dalam Surat Ash-Shaaffaat (37): 149-160, Allah SWT berfirman :
Tak layak Allah mempunyai anak perempuan

149. Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki [1291],

[1291]. Orang musyrikin mengatakan bahwa Allah mempunyai anak-anak perempuan (malaikat), padahal mereka sendiri menganggap hina anak perempuan itu.

150. atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)?

151. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan:

152. "Allah beranak. " Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.

153. Apakah Tuhan memiliki (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?

154. Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?

155. Maka apakah kamu tidak memikirkan?


156. Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?

157. Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar.

158. Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka),

159. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,

160. Kecuali hamba-hamba Allah[1292] yang dibersihkan dari (dosa).

[1292]. Yang dimaksud hamba Allah di sini ialah golongan jin yang beriman.

  • dalam Surat Al-Ikhlas (112): 1-4, Allah SWT berfirman :

AL-IKHLAS (MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

ARTI KEESAAN TUHAN

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

  • Dalam Surat Al-Jinn (72): 1-4, Allah SWT berfirman :

Al-JIN (JIN)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

1. Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan,

2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,

3. dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.

4. Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah[1522],

[1522].. Yang dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah mengatakan bahwa Allah mempunyai isteri dan anak.

Dikutip dari: Al-Qur’an Digital.

Surat Cinta-Nya/ Al-Qur’an yang diperuntukkan Allah SWT kepada Kita sebagai Manusia... Semestinyalah Surat Cinta-Nya/ Al-qur’an itu menjadi salah satu tempat bertanya sebelum Kita menyimpulkan sesuatu tentang Tuhan yang Maha Esa.  

Ada sebuah kisah yang pernah diceritakan oleh Saudara Seimanku bernama Cece ’Sari Anggraeni’( semoga Allah merahmatinya), pada saat saya akan berangkat penelitian kesebuah daerah di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tepatnya di Kenagarian Inderapura. Pada saat itu dengan penuh kasih sayang Cece pun mulai bertutur: ”Dek...Cece punya sebuah cerita tentang dua orang pemuda yang sama-sama memiliki ilmu/ kecerdasan intelektual namun berbeda dalam kualitas keimanan.

”Pada suatu hari ada seorang Pemuda A (Ia memiliki kecerdasan intelektual yang memadai dan kualitas keimanan yang baik kepada Allah SWT), ia berkunjung kesebuah desa. Pada saat itu ia melihat masyarakat setempat sedang melakukan ritual penyembahan berhala. Ketika masyarakat di desa itu melihat Pemuda A tersebut berjalan dihadapannya, maka mereka meminta Pemuda A tersebut mengorbankan seekor lalat untuk dipersembahkan kepada berhala tersebut. Jika ia tidak melakukannya maka masyarakat tersebut mengancam akan membunuhnya pada saat itu. Di sinilah keimanan Pemuda A tersebut diuji oleh Allah SWT... dengan tegas dan keyakinan yang mantap dia mengatakan ”Tidak” kepada sekelompok masyarakat yang mengadakan ritual penyembahan terhadap berhala tersebut. Akhirnya masyarakat beramai-ramai menghabisi nyawanya pada saat itu juga... Namun dalam perjuangannya mempertahankan Akidah/Tauhid kepada Allah SWT, Allah SWT menjanjikan ’Syurga’ kepadanya (Subhanallah...Maha Suci Allah).  

Suatu kali ada seorang Pemuda B (Ia memiliki kecerdasan intelektual yang memadai, namun kualitas keimanannya masih dipertanyakan oleh Allah SWT). Ia berkunjung ke sebuah desa yang sama dengan Pemuda A di atas. Pada saat itu ia melihat masyarakat setempat sedang melakukan ritual penyembahan berhala. Ketika masyarakat di desa itu melihat Pemuda B tersebut berjalan dihadapannya, maka mereka meminta Pemuda B tersebut mengorbankan seekor lalat untuk dipersembahkan kepada berhala tersebut. Jika ia tidak melakukannya maka masyarakat tersebut mengancam akan membunuhnya pada saat itu. Akhirnya Pemuda B itu berfikir ”Apa salahnya saya diminta mengorbankan seekor lalat bagi sebuah ritual adat masyarakat setempat?”. Akhirnya ia mengorbankan seekor lalat dalam ritual penyembahan berhala tersebut, pada saat itu dia selamat dari ancaman pembunuhan yang di utarakan oleh masyarakat setempat. Namun tak lama berselang Allah SWT memberikan ketetapan pada takdir hidupnya, ketika ia meninggal dunia maka Allah SWT menetapkan tempat yang layak baginya yaitu ’Neraka’. ”

Lho...Apa salahnya hanya diminta mengorbankan seekor lalat dalam ritual adat masyarakat setempat dalam menyembah berhala? Letak salahnya adalah karena Pemuda B tersebut rela mengorbankan keimanannya yang paling berharga kepada Allah SWT demi seekor lalat. Wallahu’alam Bishawab...

Kisah di atas diambil dari sebuah Hadits... Namun maafkan saya, karena untuk saat ini saya belum bisa memberi tahu siapa perawinya (para pakar Hadits-nya). Karena saya baru sebatas mendengarkan kisahnya dari seorang Saudara Seiman... bagi saudara-saudaraku yang mengetahui perawi haditsnya, Silahkan diberitahukan dalam kolom komentar... Terimakasih sebelumnya

Maka berhati-hatilah bagi saudara-saudaraku yang ingin mengucapkan ”selamat” pada hari besar umat Non-Muslim, karena setahu saya, para ulama Islam telah bersepakat mengatakan bahwa mengucapkan kata ”selamat” pada hari besar Umat Non-Muslim, hukumnya sama dengan hukum ”memakan daging Babi, Bangkai, atau Darah” bagi Umat  Islam. Hayo, mau ngucapin selamat lagi ya ??? Pikirkanlah kembali Konsekuensinya Saudaraku Seiman dan Se-Islam, sebelum kata itu terucap dari bibirmu, atau tulisan-tulisan di blogmu, atau media sejenisnya...

Inilah yang dikenal dengan sebutan Ghozul Fikri (Perang Pemikiran) yang dielu-elukan baik oleh kaum Yahudi maupun kaum Nasrani, yang telah diabadikan oleh Allah SWT dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah (2): 120, antara lain :

120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Dalam Suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi Madinah dan kaum Nashata Najran mengharap agar Nabi SAW shalat menhadap qiblat mereka.Ketika Allah SWT membelokkan qiblat itu ke Ka'bah, mereka merasa keberatan. Mereka berkomplot dan berusaha agar supaya Nabi SAW menyetujui qiblat sesuai dengan agama mereka. maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 120) yang menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashara tidak akan senang kepada Nabi Muhammad SAW walaupun keinginannya dikabulkan. (Diriwayatkan oleh Tsa'labi yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Kita sudah terlalu terbiasa dididik oleh media massa atau elektronik dari kecil hingga kini dengan menyaksikan berbagai simbol-simbol yang dikenakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga kita menganggap hal tersebut merupakan sesuatu hal yang biasa-biasa  saja, tanpa berusaha berfikir kritis apa makna-makna simbol itu sebenarnya? apa efeknya pada keimanan kita yang lambat-laun, sedikit demi sedikit mulai tergerus dari fitrah Islam yang sebenarnya? Dan menganggap sesuatu hal yang tabu menjadi sesuatu hal yang biasa-biasa saja... Dan bahkan menyimpulkan sesuatu tentang Tuhan Yang Maha Esa melalui perspektif kita sebagai manusia yang banyak sekali kelemahannya dalam pandangan Allah SWT. Salah satu contoh, kelemahan saya dalam pandangan Allah SWT adalah sampai detik ini saya belum mampu menahan satu (1) jerawat pun yang ingin tumbuh dan berkembang biak di pipi saya, sehebat apapun obat jerawat yang telah ditemukan oleh para ilmuwan dunia saat ini, namun mereka tetap tidak sanggup menahan laju pertumbuhan jerawat di wajah seseorang, kecuali hanya sebatas mengobatinya. Betul nggak saudaraku?

Jika ingin menyimpulkan sesuatu tentang Agama Islam atau Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) maka kewajiban kitalah sebagai Umat Muslim untuk mempelajari Al-Qur’an lebih intens lagi dan mempelajari secara kontinyu ayat-ayat yang terkandung di dalamnya serta melakukan tadabur/ perenungan terhadap ayat-ayat Suci Al-Qur’an di alam semesta. Agar kelak ”Golden Age” zaman keemasan yang pernah diraih oleh Umat Islam di Dunia ini terulang kembali dimasa mendatang. Karena dalam kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an menyatakan bahwa, kemenangan itu dipergilirkan oleh Allah SWT disetiap zamannya. Zaman boleh berganti, namun keotentikan dan kekinian (secara kontekstual) Kitab Suci Al-Qur’an akan tetap terjaga dan terpelihara sampai akhir zaman dan saya yakin Janji Allah SWT itu PASTI... :)

Akhir kata saya berterimakasih kepada saudara seiman dan se-Islam di blog yang saya ikuti di ”Teras Imaji”... yang telah memberikan inspirasi kepada saya untuk melakukan ”Self Talk” (berdialog dengan diri sendiri dalam menemukan jawaban-jawaban yang Insya Allah dituntun oleh Hati Nurani). Sampai akhirnya mengalirlah dengan deras, deras, deras... rangkaian kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf... dan saya pun enggan untuk berhenti menulis... Subhanallah :)

Saling berbagi ilmu yang bermanfaat ya saudaraku, karena saya pun masih belajar menulis sampai detik ini. Jika ada kesalahan dan kejanggalan dalam tulisan ini, saya dengan senang hati menerima masukan dan saran yang konstruktif dari saudara-saudaraku yang lebih dulu menapaki dunia penulisan. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih sebelumnya atas waktu dan perhatiannya dalam meluangkan sejenak waktu untuk membaca blog ini... :)

Fastabiqul Khairat... Mari berlomba-lomba dalam kebaikan... :)

Semoga kelak Allah SWT memperkenankan kita berkumpul di Jannah-Nya dengan Rahmat-Nya, Aamiiin. Karena tanpa Rahmat dari Allah SWT, sebanyak apapun amal ibadah yang kita lakukan di dunia ini belumlah sanggup untuk membayar nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT semasa hidup kita di dunia, salah satu contohnya saja nikmat mata, tanpa sepasang mata, Maka... mungkin saya tak akan sanggup menggetik tulisan ini apalagi membacanya, Betul nggak saudara-saudaraku? 

Dari seorang saudara yang memiliki banyak sekali kelemahan dalam pandangan Allah SWT, yang menyayangi saudara-saudara seiman dan se-Islam karena Allah SWT.

Wassalam... :)

*****

Tulisan ini juga berlaku pada peringatan hari tahun baru Masehi yang akan diperingati beberapa hari lagi dalam hitungan mundur, jika kita mulai menelusuri sejarah tahun baru Masehi tersebut yang notabene bukan berasal dari nilai-nilai Islami. Ayo...Umat Islam Bangkit...dari tidur panjangmu. Bukan saatnya lagi untuk bermimpi, namun bangun dan realisasikan mimpimu menjadi nyata, sekalipun dalam kelemahan fisik yang mendera (Masak Kita mau kalah sama Syeh Ahmad Yasin dalam kondisi lumpuh dibalik kursi rodanya, namun Beliau mampu menggerakkan ribuan umat Islam di Palestina untuk melakukan gerakan Intifadah melawan negara penjajah dengan bersenjatakan batu dalam genggaman yang dilemparkan kehadapan musuh-musuh Allah serta menginspirasi begitu banyak Umat Islam di Dunia untuk melanjutkan perjuangan suci dalam menegakkan panji-panji Islam di muka bumi atau Steven Hawking, seorang ilmuwan fisika yang sangat briliant dengan keilmuannya dibalik keterbatasan fisiknya... Malu Saya).

Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi diri yang sering alpa ini, dan bagi saudara-saudaraku yang selalu berusaha melakukan evaluasi diri secara kontinyu dalam melakukan pembaharuan dalam diri (baik memperbaharui niat, memperbaharui tobat, memperbaharui Impian/ Cita-cita, dll),  because No Body's        Perfect In The World, But We Can Share Each Other To Make The Perfect World ... :)

Hamasah...
Keep Spirit..
Ganbatte Kudasai...
Pasya, Wacaca Fighting...
SEMANGAAAAAAAAAAAAAAT… :)


Bukittinggi, 29/12/2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar