Rabu, 29 Desember 2010

..:: Alam Takambang Jadi Guru ::..

Bismillah...

Entah kenapa hari ini saya mengingat kembali akan salah satu falsafah Minang Yang berbunyi: "Alam Takambang Jadi Guru" yang artinya: "Alam Terbentang Jadi Guru".

Sampai detik ini belum ada satupun Orang Minang yang menyangkal kebenaran falsafah tersebut. Bahkan falsafah tersebut masih tetap dilestarikan ke anak cucu hingga kini.

Saya mulai merenung akan kekayaan nilai-nilai luhur nenek moyangnya suku Minang, yang telah berhasil menanamkan kekuatan prinsip-prinsip kebenaran dan kebaikan atas nama "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" (atau dikenal juga dengan singkatan ABS, SBK). Tentunya dahulu tidaklah gampang bagi para ulama meleburkan antara nilai-nilai adat dengan nilai-nilai dakwah/ Agama Islam yang dahulunya sempat ditentang habis-habisan oleh kaum adat yang merasa takut akan kehilangan eksistensi dari nilai-nilai adat itu sendiri. Namun dengan kekuatan dan kebulatan tekad, para Ulama di Minang Kabau, mereka berhasil meleburkan keluhuran nilai-nilai adat dan menggandengkannya dengan Syariat Islam. Saya tak terlalu mengenal ulama-ulama masa lampau yang hidup di zamannya, namun salah satu karya ulama besar di Sumatera Barat yang pernah saya baca karya-karyanya adalah karya-karya Buya Hamka. Sebuah karya yang terbilang Sensasional di zamannya bahkan menjadi sebuah karya yang terbilang kontroversial di kalangan Ulama. Karena Buya Hamka melakukan teroboran dakwah dengan menuangkan nilai-nilai Islami kedalam karya-karya sastra yang notabene dahulunya masih diwarnai dengan nilai-nilai laghwy (nilai yang sia-sia). Sebut saja beberapa karya Novelnya seperti :

"Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", dan "Di Bawah Lindungan Ka'bah" karya Buya Hamka yang sekarang masih diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang, Jakarta.

Pertama kali saya membaca Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", saya benar-benar hanyut terbawa perasaan, hampir saja saya meneteskan air mata ketika membaca akhir cerita novel karya Buya Hamka tersebut. Untungnya air mata itu bisa diredam seketika dan hanyut ke dalam hati karena saya malu nantinya di tertawakan oleh adek-adek di Wisma yang notabene waktu itu saya telah bermetamorfosis menjadi senior yang ditugasi untuk menggayomi adek-adek junior di Wisma. Wisma adalah rumah bulatan yang dikontrak 1 tahun penuh dan uang pembayarannya didapat dari iuran perorangan warga wisma. Jika dalam 1 wisma itu terdiri dari 12 penghuni rumah dengan bayaran pertahunnya Rp 6.000.000,- untuk 1 rumah bulatan, maka kami perorangnya dibebankan biaya Rp 500.000,-/orang untuk jangka waktu 1 tahun pembayaran kontrakan. Angka yang terbilang
sangat murah sekali bagi seorang anak kos seperti kami. Jika dibandingkan kos-kosan biasa, untuk sewa perkamarnya saja berkisar antara Rp100.000 s/d Rp 250.000/ bulannya. Murahkan... :)

Wisma tak hanya sekedar tempat kosan biasa, di wisma kami yang hidup di dalamnya ditempa untuk saling bekerja sama, saling hormat-menghormati, saling harga-menghargai, serta saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kebaikan yang dibalut dengan ikatan Ukhuwah Islamiyah dan wisma itu dibentuk salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan Generasi Muda Islami yang senatiasa berusaha sekuat tenaga untuk mengaplikasikan Al-Qur'an dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari dibalik maraknya pemikiran-pemikiran aneh yang menggerogoti pemuda/i masa kini. Saya tak mengatakan kita orang-orang yang sempurna bahkan kita menyadari bahwa sebagai manusia kita memiliki banyak kelemahan dalam pandangan Allah SWT, namun kita wajib berusaha untuk menyempurnakan Ikhtiar untuk menegakkan nilai-nilai Qur'ani dalam kehidupan ini. Karena seperti halnya perkataan Ari Ginanjar Agustian dalam Buku ESQ, bahwa :

"Bukan Al-Qur'an untuk Islam.
Bukan dunia untuk Islam.
Tapi Al-Qur'an dan Islam untuk dunia.
Islam merindukan perdamaian dan kebahagiaan sejati
Bersama dengan yang lain.

Sampai Detik ini, Insya Allah... Falsafah, "Alam Takambang Jadi Guru" itu masih terpatri disanubari. Bahwa ilmu itu bisa didapat dari mana saja sekalipun dari perumpamaan semut yang paling kecilpun, jika kita tak segan-segan belajar kepada semut dan keindahan pesona alam lainnya... :)

ALLAHU AKBAR...!!!


Tulisan ini Spesial dipersembahkan kepada Warga Wisma Sketsa Biru, Wisma Ash-Shopia, Wisma Muti'ah dan saudara-saudaraku yang berjuang dijalan Allah SWT, untuk mengharapkan keridhoan Allah SWT semata, Aamiiin.

HAMASAH...
KEEP SPIRIT...
GANBATTE KUDASAI...
SEMANGAAAAAAAAAAAAT...

Dari Saudara yang selalu mencintaimu karena Allah SWT... :)

PEACE... \(^_^)/ \/


Bukittinggi, diterbitkan awal di catatan fb tlg 23/12/2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar