Rabu, 29 Desember 2010

Adab Bergaul Antara Umat Muslim Dan Non-Muslim

Bismillah…


Baru-baru ini saya membaca sebuah blog yang notabene sering saya ikuti. Tak sedikit ilmu dalam dunia penulisan yang saya dapatkan dari blog tersebut walaupun tak semua tulisan yang saya baca dari blog tersebut saya sepakati. Sebagai seorang pembaca yang baik kita juga harus kritis dan memiliki filter dalam melalap setiap bacaan. Menurut saya filter yang paling ampuh dalam menyeleksi bacaan adalah Ilmu dan Iman/Keimanan. 

Pada waktu itu saya mulai membuka sebuah blog di internet yang saya baca dari sebuah HP Nokia bertipe 5610 XpressMusic yang setia menemani saya menjelajahi dunia maya untuk saat ini. Saya mulai asyik membaca hasil pemikiran dari pemilik blog tersebut. Jika informasi yang saya terima memiliki manfaat dan berisikan kebenaran dan kebaikan maka saya tak akan segan-segan menyerapnya kedalam memori yang  menurut para ahli memiliki kapasitas melebihi komputer/Note Book manapun di dunia ini yang telah dititipkan oleh Allah SWT kepada manusia, dialah otak dan beberapa perangkat lunak lainnya dalam tubuh kita.  Namun tentu saja saya membutuhkan beberapa filter seperti yang saya utarakan di atas, dalam membaca karya tulis apapun dalam berinteraksi dengan pemikiran sang penulis, yakni : Ilmu dan Iman/Keimanan.

Ketika saya asyik-asyik membaca beberapa tulisan tersebut, alangkah terkejut dan sedihnya saya membaca sebuah ‘ungkapan selamat’ yang ditujukan kepada hari besar umat Non-Muslim yang notabene pemilik blognya adalah seorang Muslimah yang dibesarkan dari keluarga Islam. Karena sepengetahuan saya, Kita boleh berhubungan dengan Non-Muslim dalam hal Mu’amalah (Perdagangan atau berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari), Namun tidak Pada hal Akidah (keyakinan yang menjadi pondasi mendasar dalam agama Islam  kepada Ke-Esaan Allah SWT).

Untuk beberapa hal saya bersepakat dengan pendapatnya ketika ia mengatakan bahwa: 

“Kita tak pernah tahu apakah kita lebih mulia dari orang lain. Kita bukan Tuhan yang kemudian dengan seenaknya memberikan penghakiman salah kepada sesuatu yang berbeda dengan pemahaman kita”.

Dilanjutkan dengan kalimat:

“Aku yakin Tuhan memiliki BahasaNya sendiri dalam menilai umatNya. Bahasa yang tak dipahami dengan pengetahuan manusia. Ia Maha Pengasih..... Setiap manusia memiliki hak dasar untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Dan tiap manusia tidak boleh saling memaksakan hak dan kehendaknya tersebut”.

Dan potongan kalimat lainnya:

“Perbedaan haruslah dilihat sebagai sesuatu yang memperkaya bukan menjadi sebuah problem keberagaman. Karena itulah Tuhan menciptakan Cinta. Agar segala yang berbeda bisa bersama karena cinta”. (Izin ngutip ya Dwi di Teras Imaji)

Sebagai mana firman Allah SWT dalam Surat Cinta-Nya/ kitab suci Al-Qur’an yang Insya Allah keotentikannya tetap terpelihara sampai akhir zaman, yang terdapat dalam Surat Al-Hujurrat (49): 13-18, antara lain :

Manusia diciptakan berbagai bangsa untuk saling kenal

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ciri-ciri iman yang sebenarnya

14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?"

17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar."

18. Sesunggunya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.


Bagi saya, kandungan kitab suci Al-Qur’an yang terdapat dalam Surat Al-Hujuraat (49): 13-18 di atas merupakan sebuah pencerahan dari Allah SWT dalam menyingkap rahasia dari penciptaan makhluknya yang beraneka ragam di dunia ini.

Namun, Maafkan jika saya berbeda dalam menanggapi ‘ucapan selamat hari besar kepada Non-Muslim’, karena hal itu jelas-jelas sudah melanggar/menerobos batas-batas Akidah bagi kita sebagai umat Muslim, baik ‘taat/ tidak’.

Keterangan tersebut bisa kita telusuri dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam beberapa ayat yang terdapat dalam beberapa Surat Cinta dari Allah SWT, antara lain :
  • Dalam Surat Ash-Shaaffaat (37): 149-160, Allah SWT berfirman :
Tak layak Allah mempunyai anak perempuan

149. Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki [1291],

[1291]. Orang musyrikin mengatakan bahwa Allah mempunyai anak-anak perempuan (malaikat), padahal mereka sendiri menganggap hina anak perempuan itu.

150. atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)?

151. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan:

152. "Allah beranak. " Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.

153. Apakah Tuhan memiliki (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?

154. Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?

155. Maka apakah kamu tidak memikirkan?


156. Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?

157. Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar.

158. Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka),

159. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,

160. Kecuali hamba-hamba Allah[1292] yang dibersihkan dari (dosa).

[1292]. Yang dimaksud hamba Allah di sini ialah golongan jin yang beriman.

  • dalam Surat Al-Ikhlas (112): 1-4, Allah SWT berfirman :

AL-IKHLAS (MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

ARTI KEESAAN TUHAN

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

  • Dalam Surat Al-Jinn (72): 1-4, Allah SWT berfirman :

Al-JIN (JIN)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

1. Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan,

2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,

3. dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.

4. Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah[1522],

[1522].. Yang dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah mengatakan bahwa Allah mempunyai isteri dan anak.

Dikutip dari: Al-Qur’an Digital.

Surat Cinta-Nya/ Al-Qur’an yang diperuntukkan Allah SWT kepada Kita sebagai Manusia... Semestinyalah Surat Cinta-Nya/ Al-qur’an itu menjadi salah satu tempat bertanya sebelum Kita menyimpulkan sesuatu tentang Tuhan yang Maha Esa.  

Ada sebuah kisah yang pernah diceritakan oleh Saudara Seimanku bernama Cece ’Sari Anggraeni’( semoga Allah merahmatinya), pada saat saya akan berangkat penelitian kesebuah daerah di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tepatnya di Kenagarian Inderapura. Pada saat itu dengan penuh kasih sayang Cece pun mulai bertutur: ”Dek...Cece punya sebuah cerita tentang dua orang pemuda yang sama-sama memiliki ilmu/ kecerdasan intelektual namun berbeda dalam kualitas keimanan.

”Pada suatu hari ada seorang Pemuda A (Ia memiliki kecerdasan intelektual yang memadai dan kualitas keimanan yang baik kepada Allah SWT), ia berkunjung kesebuah desa. Pada saat itu ia melihat masyarakat setempat sedang melakukan ritual penyembahan berhala. Ketika masyarakat di desa itu melihat Pemuda A tersebut berjalan dihadapannya, maka mereka meminta Pemuda A tersebut mengorbankan seekor lalat untuk dipersembahkan kepada berhala tersebut. Jika ia tidak melakukannya maka masyarakat tersebut mengancam akan membunuhnya pada saat itu. Di sinilah keimanan Pemuda A tersebut diuji oleh Allah SWT... dengan tegas dan keyakinan yang mantap dia mengatakan ”Tidak” kepada sekelompok masyarakat yang mengadakan ritual penyembahan terhadap berhala tersebut. Akhirnya masyarakat beramai-ramai menghabisi nyawanya pada saat itu juga... Namun dalam perjuangannya mempertahankan Akidah/Tauhid kepada Allah SWT, Allah SWT menjanjikan ’Syurga’ kepadanya (Subhanallah...Maha Suci Allah).  

Suatu kali ada seorang Pemuda B (Ia memiliki kecerdasan intelektual yang memadai, namun kualitas keimanannya masih dipertanyakan oleh Allah SWT). Ia berkunjung ke sebuah desa yang sama dengan Pemuda A di atas. Pada saat itu ia melihat masyarakat setempat sedang melakukan ritual penyembahan berhala. Ketika masyarakat di desa itu melihat Pemuda B tersebut berjalan dihadapannya, maka mereka meminta Pemuda B tersebut mengorbankan seekor lalat untuk dipersembahkan kepada berhala tersebut. Jika ia tidak melakukannya maka masyarakat tersebut mengancam akan membunuhnya pada saat itu. Akhirnya Pemuda B itu berfikir ”Apa salahnya saya diminta mengorbankan seekor lalat bagi sebuah ritual adat masyarakat setempat?”. Akhirnya ia mengorbankan seekor lalat dalam ritual penyembahan berhala tersebut, pada saat itu dia selamat dari ancaman pembunuhan yang di utarakan oleh masyarakat setempat. Namun tak lama berselang Allah SWT memberikan ketetapan pada takdir hidupnya, ketika ia meninggal dunia maka Allah SWT menetapkan tempat yang layak baginya yaitu ’Neraka’. ”

Lho...Apa salahnya hanya diminta mengorbankan seekor lalat dalam ritual adat masyarakat setempat dalam menyembah berhala? Letak salahnya adalah karena Pemuda B tersebut rela mengorbankan keimanannya yang paling berharga kepada Allah SWT demi seekor lalat. Wallahu’alam Bishawab...

Kisah di atas diambil dari sebuah Hadits... Namun maafkan saya, karena untuk saat ini saya belum bisa memberi tahu siapa perawinya (para pakar Hadits-nya). Karena saya baru sebatas mendengarkan kisahnya dari seorang Saudara Seiman... bagi saudara-saudaraku yang mengetahui perawi haditsnya, Silahkan diberitahukan dalam kolom komentar... Terimakasih sebelumnya

Maka berhati-hatilah bagi saudara-saudaraku yang ingin mengucapkan ”selamat” pada hari besar umat Non-Muslim, karena setahu saya, para ulama Islam telah bersepakat mengatakan bahwa mengucapkan kata ”selamat” pada hari besar Umat Non-Muslim, hukumnya sama dengan hukum ”memakan daging Babi, Bangkai, atau Darah” bagi Umat  Islam. Hayo, mau ngucapin selamat lagi ya ??? Pikirkanlah kembali Konsekuensinya Saudaraku Seiman dan Se-Islam, sebelum kata itu terucap dari bibirmu, atau tulisan-tulisan di blogmu, atau media sejenisnya...

Inilah yang dikenal dengan sebutan Ghozul Fikri (Perang Pemikiran) yang dielu-elukan baik oleh kaum Yahudi maupun kaum Nasrani, yang telah diabadikan oleh Allah SWT dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah (2): 120, antara lain :

120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Dalam Suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi Madinah dan kaum Nashata Najran mengharap agar Nabi SAW shalat menhadap qiblat mereka.Ketika Allah SWT membelokkan qiblat itu ke Ka'bah, mereka merasa keberatan. Mereka berkomplot dan berusaha agar supaya Nabi SAW menyetujui qiblat sesuai dengan agama mereka. maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 120) yang menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashara tidak akan senang kepada Nabi Muhammad SAW walaupun keinginannya dikabulkan. (Diriwayatkan oleh Tsa'labi yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Kita sudah terlalu terbiasa dididik oleh media massa atau elektronik dari kecil hingga kini dengan menyaksikan berbagai simbol-simbol yang dikenakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga kita menganggap hal tersebut merupakan sesuatu hal yang biasa-biasa  saja, tanpa berusaha berfikir kritis apa makna-makna simbol itu sebenarnya? apa efeknya pada keimanan kita yang lambat-laun, sedikit demi sedikit mulai tergerus dari fitrah Islam yang sebenarnya? Dan menganggap sesuatu hal yang tabu menjadi sesuatu hal yang biasa-biasa saja... Dan bahkan menyimpulkan sesuatu tentang Tuhan Yang Maha Esa melalui perspektif kita sebagai manusia yang banyak sekali kelemahannya dalam pandangan Allah SWT. Salah satu contoh, kelemahan saya dalam pandangan Allah SWT adalah sampai detik ini saya belum mampu menahan satu (1) jerawat pun yang ingin tumbuh dan berkembang biak di pipi saya, sehebat apapun obat jerawat yang telah ditemukan oleh para ilmuwan dunia saat ini, namun mereka tetap tidak sanggup menahan laju pertumbuhan jerawat di wajah seseorang, kecuali hanya sebatas mengobatinya. Betul nggak saudaraku?

Jika ingin menyimpulkan sesuatu tentang Agama Islam atau Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) maka kewajiban kitalah sebagai Umat Muslim untuk mempelajari Al-Qur’an lebih intens lagi dan mempelajari secara kontinyu ayat-ayat yang terkandung di dalamnya serta melakukan tadabur/ perenungan terhadap ayat-ayat Suci Al-Qur’an di alam semesta. Agar kelak ”Golden Age” zaman keemasan yang pernah diraih oleh Umat Islam di Dunia ini terulang kembali dimasa mendatang. Karena dalam kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an menyatakan bahwa, kemenangan itu dipergilirkan oleh Allah SWT disetiap zamannya. Zaman boleh berganti, namun keotentikan dan kekinian (secara kontekstual) Kitab Suci Al-Qur’an akan tetap terjaga dan terpelihara sampai akhir zaman dan saya yakin Janji Allah SWT itu PASTI... :)

Akhir kata saya berterimakasih kepada saudara seiman dan se-Islam di blog yang saya ikuti di ”Teras Imaji”... yang telah memberikan inspirasi kepada saya untuk melakukan ”Self Talk” (berdialog dengan diri sendiri dalam menemukan jawaban-jawaban yang Insya Allah dituntun oleh Hati Nurani). Sampai akhirnya mengalirlah dengan deras, deras, deras... rangkaian kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf... dan saya pun enggan untuk berhenti menulis... Subhanallah :)

Saling berbagi ilmu yang bermanfaat ya saudaraku, karena saya pun masih belajar menulis sampai detik ini. Jika ada kesalahan dan kejanggalan dalam tulisan ini, saya dengan senang hati menerima masukan dan saran yang konstruktif dari saudara-saudaraku yang lebih dulu menapaki dunia penulisan. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih sebelumnya atas waktu dan perhatiannya dalam meluangkan sejenak waktu untuk membaca blog ini... :)

Fastabiqul Khairat... Mari berlomba-lomba dalam kebaikan... :)

Semoga kelak Allah SWT memperkenankan kita berkumpul di Jannah-Nya dengan Rahmat-Nya, Aamiiin. Karena tanpa Rahmat dari Allah SWT, sebanyak apapun amal ibadah yang kita lakukan di dunia ini belumlah sanggup untuk membayar nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT semasa hidup kita di dunia, salah satu contohnya saja nikmat mata, tanpa sepasang mata, Maka... mungkin saya tak akan sanggup menggetik tulisan ini apalagi membacanya, Betul nggak saudara-saudaraku? 

Dari seorang saudara yang memiliki banyak sekali kelemahan dalam pandangan Allah SWT, yang menyayangi saudara-saudara seiman dan se-Islam karena Allah SWT.

Wassalam... :)

*****

Tulisan ini juga berlaku pada peringatan hari tahun baru Masehi yang akan diperingati beberapa hari lagi dalam hitungan mundur, jika kita mulai menelusuri sejarah tahun baru Masehi tersebut yang notabene bukan berasal dari nilai-nilai Islami. Ayo...Umat Islam Bangkit...dari tidur panjangmu. Bukan saatnya lagi untuk bermimpi, namun bangun dan realisasikan mimpimu menjadi nyata, sekalipun dalam kelemahan fisik yang mendera (Masak Kita mau kalah sama Syeh Ahmad Yasin dalam kondisi lumpuh dibalik kursi rodanya, namun Beliau mampu menggerakkan ribuan umat Islam di Palestina untuk melakukan gerakan Intifadah melawan negara penjajah dengan bersenjatakan batu dalam genggaman yang dilemparkan kehadapan musuh-musuh Allah serta menginspirasi begitu banyak Umat Islam di Dunia untuk melanjutkan perjuangan suci dalam menegakkan panji-panji Islam di muka bumi atau Steven Hawking, seorang ilmuwan fisika yang sangat briliant dengan keilmuannya dibalik keterbatasan fisiknya... Malu Saya).

Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi diri yang sering alpa ini, dan bagi saudara-saudaraku yang selalu berusaha melakukan evaluasi diri secara kontinyu dalam melakukan pembaharuan dalam diri (baik memperbaharui niat, memperbaharui tobat, memperbaharui Impian/ Cita-cita, dll),  because No Body's        Perfect In The World, But We Can Share Each Other To Make The Perfect World ... :)

Hamasah...
Keep Spirit..
Ganbatte Kudasai...
Pasya, Wacaca Fighting...
SEMANGAAAAAAAAAAAAAAT… :)


Bukittinggi, 29/12/2010.

Dunia Bukan Tujuan Akhir, Melainkan Sebuah Jalan

Bismillah...


Imam Ali berkata,
"Dunia diciptakan untuk tujuan lain, bukan untuk dirinya."*

Keterangan:

*Safinatul Bihar, vol. 1.

URAIAN SINGKAT

Sering kali tafsiran mengenai ayat-ayat dan khotbah-khotbah seputar pujian atas dunia, perangkat bendawi dunia ini, yang menyajikannya sebagai sebuah rumah dagang atau pertanian para kekasih Allah di satu sisi, dan ayat-ayat serta khotbah-khotbah yang menyalahkan dunia dan menyebutnya berbahaya, menipu, serta sumber kesombongan di sisi lain, menyulitkan orang-orang.

Namun, hadits di atas menafsirkan semua itu dengan jelas; menunjukkan bahwa jika dunia dan perangkat bendawinya digunakan sebagai cara mencapai kemajuan manusia serta perluasan keadilan dan kemakmuran ke seluruh umat manusia, maka dunia menjadi berharga serta indah; namun, ketika dipandang sebagai tujuan akhir dan pada dasarnya lebih disenangi, serta menyebabkan pengingkaran, ketakaburan, dan kekeraskepalaan, dunia akan menjadi sesuatu yang dibenci serta berbahaya.

Dikutip dari: Buku berjudul "Melembutkan Hati", oleh Ayatullah Al Uzhma Nashir Makarim Syirazi, Penerbit Markaz ar Risalah, Jakarta.

*****

Buku yang berjudul "Melembutkan Hati" ini layak menjadi bagian dari koleksi perpustakaan pribadi Anda. Saya merekomendasikan buku ini untuk Anda konsumsi bagi suplemen hati... :)


Bukittinggi, terbitan awal di catatan fb tanggal 27/12/2010.

Berpikir, Merenung, Bertafakur

Bismillah...

Ingatlah! Tiada manfaat pengetahuan tanpa memikirkannya.

Ingatlah! Tiada guna membaca Al-Qur'an tanpa merenungkannya.

Ingatlah! Tiada bermakna ibadah tanpa tafakur!*

Keterangan :

* Ushul al Kafi, Vol. 1 hal.36; dan Tuhaful 'Uqul.

URAIAN SINGKAT

Menjejali otak dengan rumus-rumus ilmiah, kaidah-kaidah logika, asas-asas filsafat, dan pengetahuan apa pun hanya sedikit berpengaruh sepanjang tak diiringi perenungan yang layak, pandangan dunia yang terang, dan kefasihan tentang dasar-dasar kehidupan manusia.

Sebagaimana membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an berpengaruh sedikit jika tak dibarengi tafakur dan upaya memikirkan (kandungan) ayat-ayat itu. Ibadah tanpa perenungan dan kebijaksanaan ibarat tubuh tanpa nyawa, dan kehilangan nilai pendidikannya yang luhur.

Dikutip dari: Buku berjudul "Melembutkan Hati", oleh Ayatullah Al Uzhma Nashir Makarim Syirazi, penerbit Markaz ar Risalah, Jakarta.

*****

Buku yang berjudul "Melembutkan Hati" ini layak menjadi bagian dari koleksi perpustakaan pribadi Anda. Saya merekomendasikan buku ini untuk Anda konsumsi bagi suplemen hati... :)

kutipan dari kata-kata mutiara di cover buku ini indah sekali, a.l :

"Sesungguhnya mereka yang menghiasi akhlaknya dengan kelemahlembutan adalah pemilik karakter mulia nan agung dan penyandang kemuliaan serta kenikmatan abadi."

Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti bagi sesama makhluk sosial yang saling membutuhkan dan selalu melakukan interaksi antara satu dan lainnya, Aamiiin... :)


Bukittinggi, terbitan awal di catatan fb tanggal 26/12/2010.

Ketika Tangan Dan Kaki Berkata

Bismillah...

Judul tulisan diatas saya kutip dari sebuah judul lagu religi yang pernah dibawakan oleh penyanyi legendaris bernama Chrisye. Ia memiliki nama lengkap Chrismansyah Rahadi. Ia lahir pada tanggal 16 September 1949 dan berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 30 Maret 2007.

Awalnya Chrisye dibesarkan dari keluarga Nasrani. Suatu ketika ia bertemu seorang gadis yang berhasil memikat hatinya. Gadis itu bernama GP Damayanti Noor. Ketika menjalani hubungan dengan Noor, Chrisye hanya menemukan satu halangan, yaitu agama. Meski sejak lama Chrisye mengaku mengalami krisis keimanan, dan pada akhirnya memilih Islam sebagai penerangnya, Chrisye tak punya keberanian untuk jujur pada ayahnya. Namun ayah Chrisye dengan bijak menyikapi pilihan hidup dalam mengambil keputusan besar bagi kehidupan putranya.

Pada tahun 1982, Chrisye menjadi Muallaf, ia menikah dengan Noor dan dikaruniai empat anak: Rizkia Nurannisa (1983), Risti Nurraisa (1986), dan putra kembar: Rainda Prashatya & Randa Pramasya (1989).

Suatu kali Chrisye ingin merilis album religi, maka ia meminta salah seorang Sastrawan terkemuka angkatan '66 yakni Taufiq Ismail. Pak Taufik pun menyanggupi permintaannya dan berjanji menyelesaikan lirik/syair lagu tersebut dalam waktu satu minggu. Setelah 4 hari berlalu, Pak Taufiq masih belum mendapatkan inspirasi untuk membuat lirik/syair tersebut. Pada saat Pak Taufiq membaca Al-Qur'an tepatnya surat Yasin, beliau mulai menemui inspirasi dalam pembuatan lirik lagu tersebut. Maka lahirlah sebuah karya, dengan ukiran kata-kata penuh makna, a.l :

KETIKA TANGAN DAN KAKI BERKATA

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita Tentang apa yang di lakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja ia melangkahnya
Tidak tau kita
Bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana...
Tangan Kami
Kaki Kami
Mulut Kami
Mata Hati Kami

Luruskan Lah...
Kukuhkan Lah...
Di jalan Cahaya
Sempurna...

Mohon karunia
Kepada kami
Hambamu yang hina...

Karangan: Taufiq Ismail

Setelah karya tersebut diselesaikan, maka Pak Taufiq memberikan karya tersebut kepada Chrisye. Lalu Chrisye mulai mengaransemen musiknya demi melengkapi kemerduan lirik/syair tersebut. Setelah selesai, Chrisye pun memulai latihan. Namun setiap kali ia menyanyikan lirik lagu tersebut air matanya menetes tiada henti. Menurut keterangan istrinya, ini pertama kalinya Chrisye mengalami hal demikian. Bahkan pada saat rekaman di Studio pun, Chrisye harus mengulangi rekaman sampai tiga kali karena tak bisa membendung air mata akibat getaran keimanan yang dirasakannya. Pada rekaman ketiga barulah lagu itu dapat diselesaikan. Chrisye pun mengakui ini pertama kalinya ia menyanyi dengan suara yang bergetar karena penghayatan terhadap lagu yang dinyanyikannya.

Saya merasa penasaran pada ayat keberapakah dari Surat Yasin yang membuat Pak Taufiq Ismail terinspirasi menciptakan lirik/syair lagu tersebut? Setelah saya membaca terjemahan Surat Yasin (36) dalam Al-Qur'an, ternyata saya menemuinya pada ayat: 65-67 dan dilengkapi dengan ayat 68-70. Kita simak yuk terjemahannya:

65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
66. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
67. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.

Dilengkapi dengan ayat 68-70, a.l :

68. Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya)*. Maka mengapa mereka tidak mengerti?
69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang jelas,
70. Agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.

Keterangan :

* Kembali menjadi lemah dan kurang akal, seperti anak kecil.

Saya menemukan kisah ini pada saat membaca majalah Sabili beberapa tahun silam disebuah toko buku Al-Fitrah, Padang { Free Reading, xixi... :) }. Dan berusaha mengabadikanya kembali kedalam tulisan ini dari memori yang masih terpatri kuat dalam software ingatan. Setelah mengetahui kisah ini, saya pun mulai mendengarkan dan memaknai lagu yang berjudul "Ketika Tangan Dan Kaki Berkata" ini dengan cara dan penghayatan yang berbeda... :)

So... Get The Inspiration From Al-Qur'an :)

*****

Selamat jalan Chrisye...
Semoga Amal kebaikan beliau diterima di sisi Allah SWT, Aamiiin.


Bukittinggi, Terbitan awal di catatan fb tanggal 25/12/2010.

Kegembiraan Mukmin Itu Terlihat Dari Wajahnya Padahal Kesedihan Berada Dalam Hatinya

Bismillah...

Apabila engkau tidak mampu mencapai apa yang engkau inginkan, maka tidak perlu mengharapkannya lagi dan jangan membantah perbuatan Allah SWT. Apabila Allah SWT mengambil harta benda, keluarga, kesehatan, dan menghancurkan milikmu, seyogyanya engkau tersenyum di hadapan kekuasaan dan kehendak-Nya. Apabila engkau menginginkan dekat dengan-Nya dan murni bersama-Nya, hendaklah engkau berada dalam keadaan tadi (menerima ketetapan-Nya). Apabila hatimu ingin sampai kepada-Nya semenjak engkau masih di dunia, maka sembunyikanlah kesedihanmu dan tunjukkan kegembiraan. Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. Rasulullah SAW bersabda, "Kegembiraan mukmin itu terlihat dari wajahnya, padahal kesedihan berada dalam hatinya". (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Sumber: Islamic Motivation

*****

La tahzan, Innallaha Ma Ana...

Jangan bersedih, Allah bersama kita... \(^_^)/


Bukittinggi, terbitan awal di catatan fb tgl 24/12/2010.

..:: Alam Takambang Jadi Guru ::..

Bismillah...

Entah kenapa hari ini saya mengingat kembali akan salah satu falsafah Minang Yang berbunyi: "Alam Takambang Jadi Guru" yang artinya: "Alam Terbentang Jadi Guru".

Sampai detik ini belum ada satupun Orang Minang yang menyangkal kebenaran falsafah tersebut. Bahkan falsafah tersebut masih tetap dilestarikan ke anak cucu hingga kini.

Saya mulai merenung akan kekayaan nilai-nilai luhur nenek moyangnya suku Minang, yang telah berhasil menanamkan kekuatan prinsip-prinsip kebenaran dan kebaikan atas nama "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" (atau dikenal juga dengan singkatan ABS, SBK). Tentunya dahulu tidaklah gampang bagi para ulama meleburkan antara nilai-nilai adat dengan nilai-nilai dakwah/ Agama Islam yang dahulunya sempat ditentang habis-habisan oleh kaum adat yang merasa takut akan kehilangan eksistensi dari nilai-nilai adat itu sendiri. Namun dengan kekuatan dan kebulatan tekad, para Ulama di Minang Kabau, mereka berhasil meleburkan keluhuran nilai-nilai adat dan menggandengkannya dengan Syariat Islam. Saya tak terlalu mengenal ulama-ulama masa lampau yang hidup di zamannya, namun salah satu karya ulama besar di Sumatera Barat yang pernah saya baca karya-karyanya adalah karya-karya Buya Hamka. Sebuah karya yang terbilang Sensasional di zamannya bahkan menjadi sebuah karya yang terbilang kontroversial di kalangan Ulama. Karena Buya Hamka melakukan teroboran dakwah dengan menuangkan nilai-nilai Islami kedalam karya-karya sastra yang notabene dahulunya masih diwarnai dengan nilai-nilai laghwy (nilai yang sia-sia). Sebut saja beberapa karya Novelnya seperti :

"Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", dan "Di Bawah Lindungan Ka'bah" karya Buya Hamka yang sekarang masih diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang, Jakarta.

Pertama kali saya membaca Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", saya benar-benar hanyut terbawa perasaan, hampir saja saya meneteskan air mata ketika membaca akhir cerita novel karya Buya Hamka tersebut. Untungnya air mata itu bisa diredam seketika dan hanyut ke dalam hati karena saya malu nantinya di tertawakan oleh adek-adek di Wisma yang notabene waktu itu saya telah bermetamorfosis menjadi senior yang ditugasi untuk menggayomi adek-adek junior di Wisma. Wisma adalah rumah bulatan yang dikontrak 1 tahun penuh dan uang pembayarannya didapat dari iuran perorangan warga wisma. Jika dalam 1 wisma itu terdiri dari 12 penghuni rumah dengan bayaran pertahunnya Rp 6.000.000,- untuk 1 rumah bulatan, maka kami perorangnya dibebankan biaya Rp 500.000,-/orang untuk jangka waktu 1 tahun pembayaran kontrakan. Angka yang terbilang
sangat murah sekali bagi seorang anak kos seperti kami. Jika dibandingkan kos-kosan biasa, untuk sewa perkamarnya saja berkisar antara Rp100.000 s/d Rp 250.000/ bulannya. Murahkan... :)

Wisma tak hanya sekedar tempat kosan biasa, di wisma kami yang hidup di dalamnya ditempa untuk saling bekerja sama, saling hormat-menghormati, saling harga-menghargai, serta saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kebaikan yang dibalut dengan ikatan Ukhuwah Islamiyah dan wisma itu dibentuk salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan Generasi Muda Islami yang senatiasa berusaha sekuat tenaga untuk mengaplikasikan Al-Qur'an dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari dibalik maraknya pemikiran-pemikiran aneh yang menggerogoti pemuda/i masa kini. Saya tak mengatakan kita orang-orang yang sempurna bahkan kita menyadari bahwa sebagai manusia kita memiliki banyak kelemahan dalam pandangan Allah SWT, namun kita wajib berusaha untuk menyempurnakan Ikhtiar untuk menegakkan nilai-nilai Qur'ani dalam kehidupan ini. Karena seperti halnya perkataan Ari Ginanjar Agustian dalam Buku ESQ, bahwa :

"Bukan Al-Qur'an untuk Islam.
Bukan dunia untuk Islam.
Tapi Al-Qur'an dan Islam untuk dunia.
Islam merindukan perdamaian dan kebahagiaan sejati
Bersama dengan yang lain.

Sampai Detik ini, Insya Allah... Falsafah, "Alam Takambang Jadi Guru" itu masih terpatri disanubari. Bahwa ilmu itu bisa didapat dari mana saja sekalipun dari perumpamaan semut yang paling kecilpun, jika kita tak segan-segan belajar kepada semut dan keindahan pesona alam lainnya... :)

ALLAHU AKBAR...!!!


Tulisan ini Spesial dipersembahkan kepada Warga Wisma Sketsa Biru, Wisma Ash-Shopia, Wisma Muti'ah dan saudara-saudaraku yang berjuang dijalan Allah SWT, untuk mengharapkan keridhoan Allah SWT semata, Aamiiin.

HAMASAH...
KEEP SPIRIT...
GANBATTE KUDASAI...
SEMANGAAAAAAAAAAAAT...

Dari Saudara yang selalu mencintaimu karena Allah SWT... :)

PEACE... \(^_^)/ \/


Bukittinggi, diterbitkan awal di catatan fb tlg 23/12/2010.

Rabu, 22 Desember 2010

Menulis Itu Membutuhkan......???

Bismillah...

Berawal dari sebuah cita-cita yang masih terendap di dasar hati, memiliki keinginan untuk menjadi  seorang pengajar untuk orang-orang yang membutuhkan ilmu...

Saya mulai berfikir, "Apakah menjadi seorang pengajar haruslah bertitelkan Guru, Dosen, Ustadz, Ustadzah, Kiyai, dll?"
Ya...mungkin itu hanya sebuah sebutan bagi orang-orang yang dititipkan ilmu oleh Allah SWT dalam kontek formalitas yang terbentuk dari paradigma berpikir masyarakat.

Bagaimana dengan orang-orang yang memiliki ilmu dan senantiasa menginfakkan keilmuannya bagi banyak orang, namun tidak berada pada instansi formal, seperti: Sekolah SD, SMP/ MTsN, SMU/ MAN, Pesantren, Perguruan Tinggi, dan lembaga-lembaga formal maupun non-formal lainnya. Misalnya saja seorang Petani yang mengajarkan cara bercocok tanam kepada anak-anaknya, keluarganya maupun orang-orang disekitarnya, atau seorang Ibu yang senantiasa mendidik anak-anaknya dengan penuh ke Ikhlasan dan Kesabaran serta Kesyukuran, atau seorang Tukang becak yang menceritakan lika-liku pengalaman hidupnya kepada penumpangnya serta memberikan inspirasi tersendiri kepada orang-orang yang mendengarkan tutur katanya... Apakah mereka juga berhak dipanggil dengan sebutan "Guru"??!

Bagi saya definisi seorang guru itu adalah orang-orang yang dititipkan sedikit ilmu oleh Allah SWT dan dengan Ikhlas memberikan ilmu yang dimilikinya kepada siapa saja yang membutuhkan ilmu tersebut tanpa membeda-bedakan audiensnya baik melalui orang-orang bertitel ataupun tidak, baik kecil, remaja, dewasa ataupun lansia, baik pernah mengecap pendidikan formal ataupun tidak, namun mereka bisa memberikan pencerahan dari pengalaman-pengalaman yang dimilikinya kepada orang-orang yang senantiasa merendahkan hati dan menangkap setiap hikmah dari pengalaman-pengalaman hidup yang ada disekelilingnya. Ya, itulah definisi seorang guru menurut saya... :)

Kenapa saya mengatakan "sedikit ilmu" karena ilmu yang dititipkan oleh Allah SWT kepada manusia itu hanya merupakan sedikit dari ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT. Jika kita menilik lagi dalam Al-Qur'an maka akan kita dapati beberapa ayat yang menjelaskan tentang sedikit ilmu tersebut.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an (Kitab Suci Umat Islam yang Insya Allah akan terpelihara sampai akhir zaman) dalam surat Luqman [31]: ayat 25-27, yang menerangkan bahwa :

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "ALLAH." Katakanlah: "Segala puji bagi Allah" ; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (25-26)

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah(*). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (27)

Keterangan:

(*) Yang dimaksud dengan Kalimat Allah ialah: Ilmu-Nya dan Hikmah-Nya.

Kembali lagi ke topik tentang sebuah cita-cita saya yang masih terendap didasar hati... Ketika saya kehilangan komunitas untuk melakukan interaksi baik dalam menggali ilmu maupun berbagi ilmu, maka saya berpikir ada banyak potensi yang belum saya gali dalam diri saya, salah satunya adalah Menulis. Dalam keheningan dan kesendirian bersama Allah, Rabbul izzaty... Saya mulai mencari orang-orang yang kapabel dalam dunia penulisan di dunia maya dan diam-diam saya mulai belajar dari mereka bagaimana cara mengekspresikan setiap gagasan atau ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Setelah beberapa lama memulai belajar menulis di catatan fb, saya mulai mengambil kesimpulan bahwa :

Menulis itu membutuhkan Ilmu,
Menulis itu membutuhan Kejujuran,
Menulis itu membutuhkan Ketekunan,
Menulis itu membutuhkan Ketelitian,
Menulis itu membutuhkan Keheningan jiwa,
Menulis itu membutuhkan segenap Rasa,
Menulis itu membutuhkan Seni dan Keindahan,
Menulis itu membutuhkan Imajinasi dalam memvisualisasikan setiap kata-kata,
Menulis itu membutuhkan Kenikmatan dalam kegiatan menulis itu sendiri,
Menulis itu membutuhkan Semangat tak bertepi,

Hmm, menulis itu membutukan apa lagi ya...?

Melakukan kegiatan menulis seperti melakukan "Self Talk", Ya... Seperti berbicara pada diri sendiri dalam menemukan setiap jawaban yang dituntun oleh Hati Nurani.

Tulisan itu memiliki kekuatan dan keajaiban jika mengandung nilai-nilai kebenaran dan kebaikan dan jika dibaca, dipahami, dimaknai serta diaplikasikan dalam kehidupan... :)

Bahkan tulisan bisa menjadi salah satu sarana untuk merubah peradaban, seperti halnya Kitab Suci Al-Qur'an yang Insya Allah terpelihara sampai akhir zaman... :)

So Guys, Ayo menulis...

Kata Alm. Pramudia Ananta Toer (Seorang Penulis Novel/ Novelis) :
"Nak... Tanpa menulis kamu bukan siapa-siapa di dunia ini".

Karena jiwa boleh berpisah dari raga, namun tulisan tetap abadi sepanjang masa... :)


*****


Saya mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, "Alhamdulillah". Dan berterimakasih kepada para guru yang telah mewarnai kehidupan ini dengan ilmu yang bermanfaat serta kepada para penulis yang telah berkarya baik di dunia nyata maupun di dunia maya, Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. Semoga menjadi amal jariyah yang tak pernah putus sampai akhir zaman, Aamiiin Ya Rabbal'alamiiin... :)


Bukittinggi, 22/12/2010.

Get The Inspiration

Bismillah...

Suatu ketika saya merasa geram dengan orang-orang yang perkataannya sama sekali tidak singkron dengan tindakannya. Pada saat itu saya mencoba mengungkapkan kegeraman saya dalam sebuah tulisan. Ternyata hasilnya not so bad. Kita simak yuk Sobat...

"Kenapa mudah mulutmu mengucapkan sesuatu yang tidak singkron dengan hati dan pikiranmu. Andai saja kamu berusaha mensingkronkan antara hati, pikiran, perkataan dan perbuatanmu, niscaya kamu akan mendapatkan dirimu mulai terbebas dari simpul-simpul yang membelenggumu selama ini. Kamu akan melepaskan satu persatu dirimu dari beban yang menghimpitmu dan membuat langkahmu terasa ringan setelah sekian lama kamu memikul beban itu. Bagaikan mobil Audy keluaran terbaru yang kamu beli dari dealer mobil. Melaju dengan ringan disetiap tikungan, bukan seperti mobil kijang tahun 80-an yang mengalami kerusakan disana-sini dan sering berhenti jika diajak pacu lari, lantas gigit jari karena tersaingi."

Setelah saya membaca kembali tulisan tersebut, saya mulai menyimpulkan, terkadang tekanan-tekanan, kekesalan-kekesalan pada suatu kondisi yang tidak sesuai pada jalur yang semestinya, jika disalurkan kedalam sebuah karya akan menghasilkan sesuatu yang positif. Tentunya dalam setiap tulisan, saya tak hanya sekedar memaparkan masalah, namun juga berusaha memberikan solusi dari permasalahan tersebut.

Saya jadi teringat akan nasehat Pak Mario Teguh beberapa waktu lalu yang mampir diberanda fb saya, a.l :

"Mengapakah teori selalu lebih mudah dikatakan daripada dilakukan?
Karena untuk mendapatkan pencerahan yang menjadi teori itu,
kita harus melalui kesulitan yang bisa sangat pedih.
Sesungguhnya, nasehat-nasehat baik yang kita sebut sebagai teori itu, adalah kesimpulan dari jiwa-jiwa yang diterobos oleh Tuhan, karena ketabahannya dalam menghadapi kesulitan hidup.
Hayo! , mau bilang teori lagi ya?" kata Pak Mario Teguh.

Semoga catatan singkat ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi diri saya dan anda agar selalu melakukan evaluasi diri disetiap helaan nafas yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT, dan mensyukuri setiap karunia yang telah dititipkan-Nya kepada kita, Aamiiin :)


Bukittinggi, 22/12/2010.

Hijab Antara Manusia Dengan Allah (Tausiyah Dari KH. Abdullah Gymnastiar)

 Bismillah...


"Tidak ada hijab apapun antara engkau dengan Allah Ta'ala, akan tetapi yang menjadi hijabnya antara dugaanmu ada lagi sesuatu yang lain di samping Allah." (dari Manikam Kitab Al-Hikam Syekh Ahmad Atailah)

Seorang ahli berkata: makhluk tidak dapat menjadi penghalang dan tidak dapat menjadi perantara. Makhluk hanyalah suatu bayangan, seperti bayangan pohon di dalam air. Bayangan pohon itu tidak dapat menjadi penghalang bagi perjalanan perahu. Oleh karena tidak ada penghalang antara abid dengan ma'bud. Hanya hamba sendiri yang merasa adanya penghalang tersebut dari bayangannya sendiri.

Saudaraku, apapun yang ada itu mutlak hanyalah makhluk Allah SWT, makhluk sesuka Allah, Dia yang menciptakan, Dia Yang Membentuk, Dia Yang Memberi, Dia Yang Akan Mematikan, tidak ada satupun perbuatan makhluk atau manusia yang bisa menghalangi kehendak Allah SWT, Allahu Akbar. Terjadinya persoalan dalam hidup kita adalah kalau kita membesar-besarkan makhluk dan mengecilkan Allah. Ketika atasan dianggap sebagai pemberi rezeki maka terjadilah bawahan menjilat atasan, ketika pembeli dianggap sebagai pemberi rezeki akhirnya justru pedagang ditipu pembeli, ketika suami dianggap sebagai jalan kebahagiaan akibatnya bergantung kepada suami. Makin banyak kita bergantung kepada selain Allah, makin tidak tenang hidup ini, makin turun kualitas akhlak kita, karena posisi yang sebenarnya adalah Allah Pencipta Alam Semesta menciptakan manusia untuk mengabdi kepada Allah yang menciptakan dunia berikut isinya, Allah menciptakan semua, melayani kita supaya kita menghamba kepada Allah SWT.

Jika kita yakin Allah akan mencukupi maka pasti cukup, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya, inilah sebenarnya yang berharga. Banyak orang yang tidak pernah mau berlatih, puas hanya dengan jaminan dari Allah, selebihnya kecewa. Kalau kita ingin dicukupi hidupnya oleh Allah, pantangannya hanya satu "Pantang berharap kepada makhluk!" karena Allah Maha Pencemburu, Allah Yang Membagikan rezeki tidak suka makhluknya bergantung kepada makhluk, kalau hamba bergantung hanya kepada Allah "Wamayyatawakkal 'Allallah fahuwa hasbuh": Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). {QS. Ath- Thalaq: 2-3}

Rezeki tidak selalu identik dengan makanan, uang, pujian tetapi kesabaran juga rezeki, Subhanallah. Jadi orang yang banyak rezeki jangan dihitung dari orang yang banyak tabungan, karena tabungan itu dilihat tidak dipegang tidak, rezeki itu adalah bagaimana Allah membimbing kita supaya kita dekat dengan Allah, adakalanya dalam bentuk hutang gara-gara hutang tiap malam menjadi tahajud, adakalanya dalam bentuk disakiti oleh orang lain. Jadi tolong selalu yakini rezeki yang terbesar adalah ketika hijab diangkat menjadi yakin kepada Allah, itulah yang membuat kita terjamin dalam hidup ini.

Allah itu menciptakan kita, dan kita tidak dapat melihat Allah yang sebenarnya, karena yang kita tahu hanyalah makhluk dan makhluk itu lemah, mata kita tidak bisa melihat Allah karena mata ini sangat lemah, melihat jauh saja tidak sanggup, sangat dekat pun tidak kelihatan. Kita bahkan tidak tahu alis kita yang sebenarnya, bulu mata, hidung, yang terdekat dengan mata saja tidak pernah terlihat, pendengaran kita juga lemah. Kita tidak bisa mendengar semuanya, frekuensi yang lebih tinggi ataupun rendah dari kemampuan pendengaran kita, suhu untuk tubuh kita juga terbatas andaikata diberikan suhu yang lebih tinggi ataupun lebih rendah tentu tidak akan sanggup kita menahannya.

Jadi bagaimana mungkin makhluk yang lemah bisa melihat Allah Yang Maha Sempurna, oleh karena itu Allah menciptakan qolbu dan hati inilah sebenarnya yang bisa merasakan kehadiran Allah SWT sepanjang hatinya bersih, andaikata hati kita bersih dapat kita rasakan Allah Yang Maha Menatap, Allah menggenggam langit, Allah menciptakan semuanya agar kita berfikir, "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3: 191).

Saudara-saudaraku, jika kita menginginkan hidup kita tenang maka kita harus terus berjuang membersihkan hati ini. Wallahu A'alam Bishawab...

Sumber : Manajemenqolbu.com

*****

Semoga Tulisan ini bisa menjadi motivasi buat saya untuk memperbaiki diri dan buat saudara-saudaraku yang menyempatkan diri untuk berkunjung ke blog ini, Aamiiin... :)


Bukittinggi, 22/12/2010.

Jumat, 17 Desember 2010

Gelora Bung Karno

Bismillah…

Oleh: Rahmi Chirta Saumy


..::Gelora Bung Karno::..

Ini tentang sebuah spirit kebangsaan, ini tentang sebuah cita-cita besar para pendiri bangsa yang terdiri dari ratusan pulau yang tersebar dipelosok Nusantara, ini tentang prestasi yang diukir oleh putra-putra bangsa, ini tentang pertandingan sepak bola AFF 2010 di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Dulunya saya tidak terlalu tertarik menyaksikan pertandingan sepakbola, baik lokal, nasional, maupun pertandingan sepak bola dunia. Namun ada yang beda pada pertandingan sepak bola AFF 2010 yang diadakan di Gelora Bung Karno, Jakarta kali ini. Pada suatu ketika saya membuka beranda fb, di sana saya temui komen-komen yang nyaris hampir sama yang menyebutkan angka skor pertandingan sepak bola Indonesia Vs Malaysia (5-1). Ketika membuka situs m.republika.com saya menemukan sederetan nama yang telah berhasil menggolkan bola ke gawang lawan, seperti Bambang pamungkas, Irfan Bachdim, Chistian Gonzales, dll. Saya mulai tertarik untuk mencari tahu informasi lebih lanjut tentang mereka. Oh…ternyata memang ada sedikit perbedaan dari pertandingan sebelumnya, Tim Indonesia memiliki dua pemain naturaisasi yaitu, Irfan Bachdim (blesteran Belanda-Indonesia), dan Chiristian Gonzales (Chili). Ini merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam kancah persepak bolaan Indonesia…walaupun saya bukan merupakan pengamat sejati sepak bola namun dari prestasi yang telah diukir satu persatu dalam setiap pertandingan AFF 2010 ini, Insya Allah saya Optimis Indonesia berhasil maju ke babak selanjutnya. Dan semoga suatu saat bisa mengharumkan nama bangsa di kancah pertandingan sepak bola dunia, Aamiiin.

Sudah terlalu lama kiranya masyarakat Indonesia menantikan kebangkitan putra-putra bangsa diranah pertandingan sepak bola. Dengan bukti banyaknya supporter, baik dari daerah Jawa maupun luar Pulau Jawa yang tertarik menyaksikan langsung pertandingan AFF 2010 ini dengan merogoh kocek untuk transportasi dan penginapan, serta pembelian karcis yang katanya sekarang telah melambung dua kali lipat harga karcis biasa di Gelora Bung Karno. Bagaikan semangat Bung Karno yang mampu menggelorakan putra-putra bangsa ini menuju ke medan perang untuk mengusir bangsa penjajah agar terwujudnya sebuah cita-cita bernama Kemerdekaan.

Saya juga belum bisa melupakan potret buram prestasi Tim Indonesia yang terendap beberapa tahun silam… Saking geramnya dengan prestasi yang tak kunjung hinggap dalam beberapa pertandingan, sampai-sampai salah seorang supporter memberanikan diri untuk masuk menerobos lapangan dan merebut bola dari para pemain dan mengaraknya ke gawang lawan, walaupun pada akhirnya dirinya di dekap oleh para petugas dan digiring keluar lapangan. Saya acungi jempol pada salah seorang supporter tersebut meskipun tak mengetahui namanya dan saya tak mengenalnya. Bisa jadi sikapnya menjadi sebuah cambukan tersendiri bagi Tim Indonesia untuk berani mengerahkan seluruh potensinya di setiap arena pertandingan. Boy…Kamu memang Supporter sejati. Supporter yang bisa menggerakkan, supporter yang tak sekedar bersorak-sorai dibalik pembatas-pembatas yang mengitari lapangan, dan menjadi supporter yang akhirnya terekspos oleh media karena jiwa ke-Heroikannya.

Beberapa waktu lalu saya juga sempat menyaksikan sekilas wawancara antara pembawa berita di TV One dengan Christian Gonzales bersama Istrinya di kediaaman Gonzales atau dikenal juga dengan nama El Loco. Ada hal menarik yang saya tangkap dari wawancara tersebut yaitu ketika Gonzales ditanyai tentang agama apa yang dia anut, dengan mantap ia menjawab, “Muslim”, kemudian pembawa acara menanyakan tentang kisahnya ketika mendapatkan hidayah, ia berkata, ”Saya dulu pernah tinggal di Makassar dan sering mendengarkan suara adzan di mesjid, pada saat itu mulai tertarik dengan Islam”. Tiba-tiba pembawa acara menyambungkannya dengan seorang kepala biro perjalanan/tour Umrah ke Mekkah. Kepala biro tersebut tergugah dengan cerita El Loco ketika tertimpa musibah maka ia memilih sikap dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Lalu kepala biro tersebut menawarkan Umroh kepada El Loco, berhubung El Loco kurang mengerti bahasa Indonesia maka Istrinya lah yang angkat bicara dan berkata, “Sebelumnya kami berdua sudah pernah beberapa kali merencanakan untuk berangkat Umroh namun tiap kali mendapatkan rezeki lebih, selalu saja ada musibah dalam keluarga yang membutuhkan banyak dana, Gonzales sendiri dari dulu sudah punya niat untuk Umroh namun karena kondisi yang tak memungkinkan akhirnya belum terealisasi sampai sekarang”. Lalu kepala biro itu menawarkan Umroh Free buat El Loco dan Istrinya. Serta merta istrinya berujar “Alhamdulillah” kemudian menerangkan ke El Loco bahwa mereka mendapatkan tawaran Umroh gratis dari sebuah biro perjalanan/ tour Umroh. Wajah El Loco memerah entah apa yang sedang dipikirkannya pada saat menerima kabar gembira tersebut lalu ia berujar, “Terimakasih”.

Subhanallah…kisah yang luar biasa. Saya juga sempat memperhatikan dari televisi serta melihat keriangan anaknya yang berpose bak foto model di atas meja yang terletak di belakang El Loco dan Istrinya...(Lucunya ^^) 

Go Garuda, You Can Fly… So Flap Your Wings 


Bukittinggi, 17/12/2010.

The Power Of Niat Have A Miracle From Allah SWT

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Pagi itu (16/12/2010) saya membaca sebuah status dari seorang teman di fb yang bernama (Pak) Haris Setiawan. Pernyataan statusnya antara lain:

"Assalamu'alaikum... Saudaraku, NIAT sangatlah penting dan segala sst tergantung pada niatnya, diterima tdknya amal ibadahpun tergantung niatnya. Apakah niat itu sebenarnya? Apakah sempurnanya niat itu sekedar bacaan saja? Adakah yang dapat menjelaskannya? Silahkan kita berbagi...?"

Pertanyaan ini sungguh membuat saya tergelitik untuk ikut ambil bagian dalam diskusi yang kritis dan menarik ini. Seiring dilontarkannya pertanyaan kepada warga maya, maka mengalirlah berbagai argumen yang sungguh beragam, baik lahir dari perenungan, pengalaman, pengetahuan, maupun hadits. Saya pun mulai mencoba mengingat kembali hadits shahih yang berhubungan dengan NIAT.

Dua tahun yang lalu saya pernah mengecap pendidikan bahasa arab di Mahad Al-Zubeir, Padang selama 6 bulan. Alhamdulillah saya dan beberapa teman di sana bersyukur mendapatkan beasiswa dari AMCF (Asia Muslim Charity Foundation).

Ada beberapa mata pelajaran yang diajarkan kepada para pemula seperti kami yang masih awam dengan seluk beluk ilmu bahasa arab. Salah satunya adalah pelajaran 'Mudzakarah Al-Hadits'. Pada tahap ini saya dan teman-teman diajarkan bagaimana menghafal hadits dengan mudah, bagaimana mengartikan hadits kata perkata maupun keseluruhan, mempelajari kosa kata baru dalam hadits, serta mempelajari hadits secara garis besar (afkar hadits).

Materi pertama yang kami ikuti dalam hadits pertama adalah "Al-Ikhlas" yaitu membahas tentang keutamaan Niat. Dalam sebuah hadits shahih dinyatakan antara lain:

Dari Amirul Mukminin Abi Hafsin, Umar Bin Khatab r.a. menerangkan: Aku telah mendengarkan Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya amal itu tergantung niat dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang diniatkan, barang siapa yang hijrah kepada Allah dan Rasulnya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau perempuan yang dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrahkan". {HR. Bukhari & Muslim}

Afkar Haditsnya, a.l:

* Tidak sah amal/pekerjaan seseorang kecuali dengan niat,
* Seorang mukmin mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya,
* Siapa yang perbuatannya Ikhlas karena Allah dia diterima,
* Siapa yang bekerja karena Riya maka pekerjaannya tidak diterima,
* Semua pekerjaan tergantung niat,
* Semua amal berkaitan dengan niat,
* Yang membedakan antara ibadah dengan adat/ kebiasaan adalah niat.

Menurut saya, "The Power Of Niat Have A Miracle from Allah SWT" (Kekuatan Niat itu memiliki sebuah keajaiban dari Allah SWT).

Suatu ketika seorang Ustadzah yang mengajarkan tentang hadits itu berkata sembari memberikan motivasi kepada teman2 di kelas. Ia berkata, "Saya ingin anda mendapatkan nilai akhir yang lebih baik dari kelas sebelumnya". Pada saat itu saya nyeletup dan berkata, "Saya nggak butuh nilai ustadzah, saya butuh ilmu. Karena nilai itu hanya imbas dari usaha menuntut ilmu". Mendengar celetupan saya, beliau memperhatikan dengan tatapan lembut. Beliau merupakan salah satu sosok ustadzah yang saya kagumi di Mahad Al-Zubeir. Beliau merupakan salah satu mahasiswa tamatan Al-Azhar, Kairo dengan background pendidikan "Tafsir Hadits" dan melanjutkan pendidikan S2 di IAIN Imam Bonjol, Padang. Secara pribadi saya menaruh hormat kepada beliau dan setiap kali bertatap muka, walaupun secara formal hubungan kami hanya sebatas guru dan murid, namun dalam hati saya menganggap beliau sebagai seorang kakak yang mengayomi adiknya.

Suatu ketika, pada saat saya menyelesaikan study selama 6 bulan... Saya memberikan hadiah kecil buat beliau berupa sebuah buku dan sepucuk surat cinta akan ukhuwah Islamiyah. Karena selama masa belajar di Mahad Al-Zubeir, begitu banyak nikmat ilmu yang Allah berikan kepada kami terutama saya pribadi. Pada saat beliau menerima kado kecil dari saya, beliau berujar, "Mahad Al-Zubeirkan nggak memberikan apa-apa? (sambil tersenyum lembut memandangi saya), awalnya saya tidak terlalu mengerti dengan pertanyaan yang beliau maksud, lalu saya menjawab, "nggak apa-apa ustadzah". Ternyata jawabannya kurang konek dengan maksud pertanyaan beliau. Beliau menanyakan kembali dengan pertanyaan yang sama, setelah berfikir sejenak barulah saya menjawab, " Ilmu yang saya dapatkan di sini saja, Subhanallah luar biasa Ustadzah... Smg bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, Aamiiin...", beliau berkata, " Yang bener ni?", jawab saya, " Bener Ustadzah".

Selang beberapa waktu lamanya saya baru menyadari bahwa maksud tersirat dari pertanyaan Ustadzah tersebut sangat berkaitan dengan NIAT. Bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan. Ajaibkan... \(^_^)/



Bukittinggi, 17/12/2010.

Rabu, 15 Desember 2010

Seorang Gadis Kecil Bernama “Ai”

Bismillah...

Sore itu tanggal 14/12/2010, saya berangkat dari rumah menuju rumah seorang Bidan Desa yang bernama “Bidan Salma”. Saya masih punya hubungan kekerabatan juga dengan beliau. Tujuan saya pergi kesana adalah untuk menitipkan produk yang biasa saya titipkan di tempat praktek Bidan Salma, di pertengahan jalan saya menyempatkan diri untuk berdiam diri di Mesjid Wustha, sambil menunggu adzan Ashar berkumandang. Saya mencoba membaca lembar demi lembar ayat-ayat suci Al-Qur’an. Ketika saya selesai membaca Al-Qur’an dari halaman 1-5 yaitu urutan surat Al-Fatihah (sering juga disebut dengan nama Ibu Al-Qur’an) dan surat Al-Baqarah beberapa ayat, kira-kira ayat 1-29. Garin mesjid bersiap-siap untuk mengumandangkan Adzan ke seantero negeri dengan alunan yang merdu. Saya pun menutup mushaf Al-Qur’an beranjak dari tempat duduk untuk bersiap-siap belaksanakan sholat rawatib (sholat sunat yang di laksanakan sebelum/ sesudah sholat fardu).

Setelah selesai sholat rawatib, seorang pemuda maju kedepan untuk Iqamah (bacaan yang hampir sama dengan bacaan adzan) sang imam pun berdiri dan bersiap-siap memimpin Sholat Ashar di sebuah Mesjid yang terletak di Nagari yang bernama “Ampang”. Sang Imam mengangkat tangan membacakan takbir “Allahu Akbar”, kami para makmum pun dengan hikmat mengikuti sang imam. Ketika sholat pada rakaat ketiga, ada seorang anak kecil tergopoh-gopoh berdiri disamping saya dan mulai mengikuti gerak-gerik jama’ah sholat. Setelah saya selesai sholat, saya serta merta mengikuti sang imam bermunajad/ berdo’a pada Allah SWT. Setelah saya meng-Aamiiinkan do’a terakhir…terdengar isak tangis pelan dari samping kiri saya dan saya pun menoleh ke kiri untuk mendengarkan dari mana sumber suara tersebut berasal. Lalu saya menemukan seorang anak kecil yang sedang berada dalam posisi duduk tahyat akhir terisak-isak sambil menghirup cairan di hidungnya dan menahan tetesan air matanya. Melihat peristiwa itu saya mulai mengamati dan setelah anak kecil itu mengucapkan salam dengan menggelengkan kepala ke arah kanan dan ke arah kiri dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum wr.wb”. Pada saat itu saya tergelitik untuk menanyakan perihal apa gerangan yang membuat ia menangis pada saat sholat, saya mengawali dengan pertanyaan, “Namanya siapa dek (sambil menjabat tangan mungilnya)? Dengan pelan ia menjawab Ai, lalu saya lanjutkan dengan pertanyaan, “Kenapa menangis dek?” dengan polosnya ia menjawab, “Terlambat”. Saya lanjutkan dengan petanyaan , “Terlambat apa? Terlambat ngaji ya?” kembali ia menjawab pelan dengan sedikit terisak-isak, “Terlambat Sholat”. Oh…Tuhan, hatiku terharu dan terenyuh mendengar ungkapan jujur dari seorang anak kecil yang masih memiliki kebeningan hati yang dengan senantiasa menjaga solat di awal waktu. Ini merupakan teguran dari Allah SWT yang diwakilkan kepada seorang anak kecil bernama Ai, yang usianya baru genap 5 tahun…namun ketaatannya dalam menjalankan ibadah sholat mengalahkan orang-orang yang berusia 50 tahun. Oh…Ai, kakak malu jadi orang dewasa yang harus mencari keteladanan dari seorang anak kecil seperti dirimu. Jika pada suatu ketika kakak sholat tidak di awal waktu, kakak belum pernah meneteskan air mata di hadapan Allah SWT karena keterlambatan/ kelalaian yang kakak lakukan. Berapa banyak orang dewasa yang menunda-nunda waktu sholat dan menganggap itu adalah hal biasa. Mereka seperti kehilangan sensitifitas keimanannya karena sudah amat terbiasa melakukannya berulang kali. Balasan surga dari Allah SWT bagi orang-orang beriman yang melaksanakan sholat di awal waktu pun terlupakan demi memelihara kelalaian dan kenikmatan semu duniawi.

Oh…Ai, terimakasih ya sudah memberikan keteladanan yang baik buat kakak dan orang-orang dewasa lainnya agar senantiasa menjaga sholat di awal waktu. Entah kenapa ketika melihat wajah polos dan lugunya, hati saya tergerak merogoh saku tas mini yang ada di hadapan saya dan saya memberikan dua keping uang logam bergambar bunga melati sebagai salah satu wujud untuk mengapresiasi sikapnya yang penuh dengan kerendahan hati di hadapan Allah SWT (Ai…pertahankan ya sikap tawadhu’nya ). Setelah saya berusaha menenangkannya, saya mendapatkan kecupan manis di pipi kiri ini dan saya pun mengecup pipi kanannya (Oh, Indahnya Kasih sayang…). Akhirnya ia membereskan perangkat sholatnya dan beranjak pergi menemui teman-temannya dan ketenangan kembali meliputi wajah mungilnya ketika berinteraksi bersama teman-teman lainnya. Alhamdulillah, Keep Hamasah... \(^_^)/



Bukittinggi, 15/12/2010.

Selasa, 14 Desember 2010

Kaum Perempuan Perubah Peradaban

By : Neno Warisman


Bismillahirrahmaanirrahiim...

36 tahun sudah aku menjadi perempuan

Baik dulu, sebagai anak… perempuan,
Lalu menjadi seorang gadis… masih perempuan,
Lalu berani memutuskan menjadi istri… juga perempuan…

Hingga ku menjadi ibu saat ini aku masih tetap perempuan,
Dan akan selamanya jadi perempuan

36 tahun sudah aku menjadi perempuan

Selama masa hidup yang panjang itu
Lama baru kusadari betapa sulitnya ternyata menjadi anak perempuan dulu itu
Dan lebih sulit lagi menjadi istri yang telah kujalani sekian tahun ke sini
Dan yang tersulit dari itu... ketika lahir anak-anak... dan aku di panggil:
IBU!

Menjadi ibu dan dipanggil ibu
Sebab ada anak-anak yang lahir dan tumbuh besar semakin besar
Di kedua lingkar tangan dan mata ini;
Menjadi ibu dan dipanggil ibu
Lantaran terminal akhir dari perjalanan hidup dan kehidupan
Perempuan;
Menjadi ibu semesta alam karena itulah puncak karir kehidupan

Begitulah aku selalu diajarkan

Tapi oiii… alangkah sulitnya jadi kaum perempuan
Beban jadi orang perempuan ini beraneka ragam
Bukan hanya soal melahirkan, menjaga kesucian, atau harus ikut cari makan,
dan bahkan diserahi tanggung jawab pendidikan, tapi yang lebih lagi begini:
Para lelaki yang kami cintai
Sampai hari ini masih juga belum mengerti si tulang-rusuk ambilan ini
Membutuhkan kawan berbagi

Apa yang sudah diperjuangkan Ibu Kartini di negeri ini sering ditafsirkan
Seenaknya sendiri
Lebih dari 100 juta kita, kaum perempuan di negeri ini
Tidak benar-benar mengerti makna emansipasi
Dan mengapa kita perempuan yang musti mengubah peradaban ini?

Jika laki-laki memutuskan dengan akalnya,
Perempuanlah yang menggenapkan dengan hatinya
Jika laki-laki memandang dengan matanya, perempuanlah yang
Mengantarkannya pada jiwa
Bukankah keadilan Tuhan sesungguhnya telah nyata
Segala yang diciptakan saling berpasangan, saling melengkapkan, begitu seharusnya

Tak ada menang dan kalah dalam pengabdian ini,
Tak boleh menafsirkan harmonisasi jadi emansipasi,
Karena itulah izinkan aku berkata sejujurnya
Bahwa engkau, aku dan 100 juta lebih kaum perempuan di negeri ini
Bersama kaum lelaki kita akan mampu memimpin negeri ini
Kembali berdiri

Jika kita mensyukuri keelokan budayanya
Kaum lelaki adil membagi kekayaan alamnya
Jika kita menjaga keindahan tata kehidupannya,
Kaum lelaki mendahulukan akhlak bangsa
Hingga negeri ini bangkit kembali pun tanpa gerakan-gerakan kesetaraan
Segala macam sekalipun
Bisa hanya dengan sangat sederhana di rumah-rumah kita!
Dari diri kita, para ibu, para istri, perempuan dewasa, dan gadis remaja dan
Bahkan anak-anak perempuan kita

Kita mampu membawa obor perubahan dalam diri kita
Bawa masyarakat ini dari kegelapan menuju cahaya!
Cahaya peradaban baru!
Peradaban yang nyaman meski hidup dalam perbedaan,
Mulia dalam perilaku dalam tantangan,
Dan sejahtera luar dalam bagi penduduk darat dan lautan

Kini kukatakan padamu
Wahai kaumku, di tangan kitalah bola ditawarkan!
Bawa bangsa ini keluar dari kegelapan
Tegakkan bahumu, kuatkan kedua kaki, dalam keputusanmu,
Nasib bangsa ini dititipi, berdirilah engkau di rumah-rumahmu, dan biarkan
Hati nurani memimpinmu

Lihatlah semua kelalaian akan waktu
Tumpukan pekerjaan dan keluhan yang menghabiskan setiap detik hidupmu
Membuat anak-anak tak lurus menyebutkan nama Tuhanmu,
Tidakkah kita malu?

Dua buku warisan penyelamat hidup kau biarkan menjadi debu
Bagaimana anak-anak kita bisa mencintai Tuhannya, sedang kita sibuk
Luar biasa?


Bagaimana anak kita bisa mencintai Rasul-Nya, sedang kita sendiri juga
Belum mengenalnya?

Maka dengarkan suara yang terdalam dalam sujud tengah malam
Pandanglah dirimu dari pancaran air yang hina, kini berubah menjadi
Pengingkar yang nyata
Ketika nama Tuhan tak lagi menggetarkan jiwa...

Maka marilah, kau dan aku, selenggarakan lagi rumah tangga ini
Kau boleh bekerja, tapi jangan kau lupa para lelakimu, ajaklah duduk
Merendah
Istiqomah kembali pada aturan Allah,
Dan buatlah dirimu mengerti jika kita terbang terlalu tinggi, anak-anak
Hanya akan dididik televisi
Dan janganlah menyangka seolah sia-sia pelajaran sekolah jika kita tak
Keluar rumah
Minnadzulumati illa nuur, Minnadzulimati illa nuur, Minnadzulimati illa
nuur
Inilah yang mengilhami Kartini; berangkat hijrah dari kegelapan menuju
cahaya
Cahaya peradaban baru. Peradaban mengikuti aturan Tuhan yang satu.
Tidak dua, tidak tiga. Satu! AHAD! AHAD!
Dan suatu hari di masa depan nanti, aku rindu mendengar ini
Dari mulut-mulut dan hati para perempuan yang kucintai:

”Fabiayyi alaa irabbikumaa tukazzibaan!”

Alangkah banyak Nikmat-Nya yang tak dapat kita, kaum perempuan,
Dustakan!


VERSI PERTAMA 2000

*****

Saya mengutip tulisan ini dari sebuah buku karya Bunda Neno Warisman, yang berjudul "Izinkan Aku Bertutur", terbitan Syaamil.
Bunda Izinkan Aku men-share hasil buah fikir Bunda yang...Subhanallah,sangat menggugah jiwa. sebuah karya yang mengalir deras, desar, deras,...yang tercelupi oleh nilai-nilai Islami dan berasal dari hati nurani seorang perempuan cerdas (selalu mengambil hikmah dari setiap peristiwa-peristiwa yang menghampiri kehidupan seiring silih bergantinya zaman...)

Ya Allah,Izinkan suatu saat saya bertemu dengan seorang Bunda Neno Warisaman di Waktu yang tepat dan tempat yang tepat,agar kelak saya bisa mewariskan kebijaksanaannya, menelusuri keimanannya, meneladani kebaikannya, dan memberikan ispirasi tersendiri buat saya dan Anda untuk mempelajari kekreatifan dan keuletannya dalam menundukkan setiap kata-kata yang terlahir dari hati nurani yang kejernihannya yang dituntun oleh Al-Qur'an & Sunnah, Aamiiin Ya Rabbal'alamiin...:)



Bukittinggi, selasa...14/12/2010.

Berprestasi Dengan Motivasi

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Salah satu kunci agar kita bisa sukses hidup di dunia adalah motivasi. Makin besar motivasi kita untuk memperbaiki diri dan maju, kemungkinan sukses pun akan kian besar.

Motivasi seseorang sangat ditentukan oleh tingkat harapannya terhadap sesuatu. Karena itu, ada tiga hal yang berkaitan erat denga prestasi, yaitu :

1. prestasi itu sendiri,
2. motivasi, dan
3. harapan.

Prestasi bisa diraih karena adanya motivasi dan motivasi akan tumbuh jika ada harapan.

Banyak manusia lebih sering mengeluarkan alasan ketimbang berbuat. Lebih mengkhawatirkan, semua itu terlahir hanya untuk menutupi kemalasan dan kegagalannya.

Ketika ditanya, misalnya, "Mengapa Anda tidak kuliah?"

Jawaban yang sering muncul adalah tidak punya uang, atau karena orang tua tidak sanggup membiayai, minder, dan sebagainya. Padahal, jika seseorang mau berbuat, semua itu bisa disiasati. Bisa dengan cara berwirausaha, atau mendapatkan beasiswa.

Begitu pula ketika ditanya, "Mengapa tidak mencoba berbisnis?"

Jawaban yang sering terlontar terlihat fatalis: takut gagal, tidak punya modal, banyak saingan, dan sebagainya. Karena itu, jangan heran jika kita tidak pernah maju. Bagaimana mau maju, motivasi untuk maju saja tidak ada?

Sebaik-baik sumber motivasi adalah ridha Allah SWT. Prestasi tertinggi seseorang dalam hal ini adalah mendapatkan surga. Sebaliknya, sumber motivasi terendah adalah dunia. Bila motivasi seseorang hanya tertuju pada dunia, yakinlah bahwa hanya kekecewaan yang akan ia dapatkan.

Seseorang yang berbisnis karena mencari dunia semata, akan kecewa bila bisnisnya merugi. Tapi bagi orang yang berbisnis karena Allah, setiap kegagalan bermakna pengalaman berharga untuk tidak jatuh dalam kegagalan serupa.

Ia juga akan menyadari bahwa semua terjadi karena izin Allah. Ia sadar bahwa keinginannya belum tentu sesuai menurut Allah. Tugasnya hanya meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar, perkara hasil ada di tangan Allah sepenuhnya. Inilah hakikat motivasi menuju prestasi yang hakiki. (Ems/MQ).*

sumber : republika online