Rabu, 15 Desember 2010

Seorang Gadis Kecil Bernama “Ai”

Bismillah...

Sore itu tanggal 14/12/2010, saya berangkat dari rumah menuju rumah seorang Bidan Desa yang bernama “Bidan Salma”. Saya masih punya hubungan kekerabatan juga dengan beliau. Tujuan saya pergi kesana adalah untuk menitipkan produk yang biasa saya titipkan di tempat praktek Bidan Salma, di pertengahan jalan saya menyempatkan diri untuk berdiam diri di Mesjid Wustha, sambil menunggu adzan Ashar berkumandang. Saya mencoba membaca lembar demi lembar ayat-ayat suci Al-Qur’an. Ketika saya selesai membaca Al-Qur’an dari halaman 1-5 yaitu urutan surat Al-Fatihah (sering juga disebut dengan nama Ibu Al-Qur’an) dan surat Al-Baqarah beberapa ayat, kira-kira ayat 1-29. Garin mesjid bersiap-siap untuk mengumandangkan Adzan ke seantero negeri dengan alunan yang merdu. Saya pun menutup mushaf Al-Qur’an beranjak dari tempat duduk untuk bersiap-siap belaksanakan sholat rawatib (sholat sunat yang di laksanakan sebelum/ sesudah sholat fardu).

Setelah selesai sholat rawatib, seorang pemuda maju kedepan untuk Iqamah (bacaan yang hampir sama dengan bacaan adzan) sang imam pun berdiri dan bersiap-siap memimpin Sholat Ashar di sebuah Mesjid yang terletak di Nagari yang bernama “Ampang”. Sang Imam mengangkat tangan membacakan takbir “Allahu Akbar”, kami para makmum pun dengan hikmat mengikuti sang imam. Ketika sholat pada rakaat ketiga, ada seorang anak kecil tergopoh-gopoh berdiri disamping saya dan mulai mengikuti gerak-gerik jama’ah sholat. Setelah saya selesai sholat, saya serta merta mengikuti sang imam bermunajad/ berdo’a pada Allah SWT. Setelah saya meng-Aamiiinkan do’a terakhir…terdengar isak tangis pelan dari samping kiri saya dan saya pun menoleh ke kiri untuk mendengarkan dari mana sumber suara tersebut berasal. Lalu saya menemukan seorang anak kecil yang sedang berada dalam posisi duduk tahyat akhir terisak-isak sambil menghirup cairan di hidungnya dan menahan tetesan air matanya. Melihat peristiwa itu saya mulai mengamati dan setelah anak kecil itu mengucapkan salam dengan menggelengkan kepala ke arah kanan dan ke arah kiri dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum wr.wb”. Pada saat itu saya tergelitik untuk menanyakan perihal apa gerangan yang membuat ia menangis pada saat sholat, saya mengawali dengan pertanyaan, “Namanya siapa dek (sambil menjabat tangan mungilnya)? Dengan pelan ia menjawab Ai, lalu saya lanjutkan dengan pertanyaan, “Kenapa menangis dek?” dengan polosnya ia menjawab, “Terlambat”. Saya lanjutkan dengan petanyaan , “Terlambat apa? Terlambat ngaji ya?” kembali ia menjawab pelan dengan sedikit terisak-isak, “Terlambat Sholat”. Oh…Tuhan, hatiku terharu dan terenyuh mendengar ungkapan jujur dari seorang anak kecil yang masih memiliki kebeningan hati yang dengan senantiasa menjaga solat di awal waktu. Ini merupakan teguran dari Allah SWT yang diwakilkan kepada seorang anak kecil bernama Ai, yang usianya baru genap 5 tahun…namun ketaatannya dalam menjalankan ibadah sholat mengalahkan orang-orang yang berusia 50 tahun. Oh…Ai, kakak malu jadi orang dewasa yang harus mencari keteladanan dari seorang anak kecil seperti dirimu. Jika pada suatu ketika kakak sholat tidak di awal waktu, kakak belum pernah meneteskan air mata di hadapan Allah SWT karena keterlambatan/ kelalaian yang kakak lakukan. Berapa banyak orang dewasa yang menunda-nunda waktu sholat dan menganggap itu adalah hal biasa. Mereka seperti kehilangan sensitifitas keimanannya karena sudah amat terbiasa melakukannya berulang kali. Balasan surga dari Allah SWT bagi orang-orang beriman yang melaksanakan sholat di awal waktu pun terlupakan demi memelihara kelalaian dan kenikmatan semu duniawi.

Oh…Ai, terimakasih ya sudah memberikan keteladanan yang baik buat kakak dan orang-orang dewasa lainnya agar senantiasa menjaga sholat di awal waktu. Entah kenapa ketika melihat wajah polos dan lugunya, hati saya tergerak merogoh saku tas mini yang ada di hadapan saya dan saya memberikan dua keping uang logam bergambar bunga melati sebagai salah satu wujud untuk mengapresiasi sikapnya yang penuh dengan kerendahan hati di hadapan Allah SWT (Ai…pertahankan ya sikap tawadhu’nya ). Setelah saya berusaha menenangkannya, saya mendapatkan kecupan manis di pipi kiri ini dan saya pun mengecup pipi kanannya (Oh, Indahnya Kasih sayang…). Akhirnya ia membereskan perangkat sholatnya dan beranjak pergi menemui teman-temannya dan ketenangan kembali meliputi wajah mungilnya ketika berinteraksi bersama teman-teman lainnya. Alhamdulillah, Keep Hamasah... \(^_^)/



Bukittinggi, 15/12/2010.

1 komentar:

  1. subhanallah Ya Rabb sebegitu ta'atnya seorang anak kecil tersebut kepada-Mu Ya Rabb..

    BalasHapus