Senin, 03 Januari 2011

Motivator Dalam Dunia Penulisan


Bismillah...

Ada banyak orang yang telah memberikan motivasi dalam dunia penulisan, namun tiap orang akan memiliki figur-figur penulis tersendiri yang mengena pada diri mereka, bisa jadi ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki figur-figur penulis yang bisa memberikan inspirasi kepada mereka untuk memulai dunia penulisan, salah satunya adalah karena memiliki berbagai kesamaan, misalnya: memiliki keyakinan yang sama, memiliki bidang keilmuan yang sama, memiliki karakter penulisan yang unik dan menarik, memiliki kisah hidup yang unik, memiliki minat yang sama, memiliki pandangan yang mencerahkan, memiliki kemiripan hoby dan banyak lagi kesamaan-kesamaan lain yang bisa mereka singkronkan pada diri mereka.

Dalam menemukan seorang motivator pada dunia penulisan, saya pun akan tertarik oleh sebuah gravitasi yang bernama ‘kesamaan’. Dalam menentukan penulis-penulis yang bisa menarik kita pada gravitasi kesamaan itu tidaklah bisa dipaksakan. Tarikan gravitasi itu akan berjalan secara alami. Kata saudara saya sih seperti memilih teman akrab/sahabat, pertemanan akrab/persahabatan itu tidaklah bisa dipaksakan. Ia akan berjalan secara alami. Dalam perjalanannya membina persahabatan maka ia akan menemui banyak kesamaan yang menyertai dirinya, mungkin suatu waktu akan ada benturan-benturan kecil dari perbedaan pendapat yang menyertai pandangan mereka, namun hal itu bisa ditepis dengan saling harga-menghargai dan saling hormat-menghormati dalam menyikapi perbedaan pendapat tersebut. Sama halnya ketika Allah SWT menciptakan anak kembar dari rahim seorang ibu, mereka memiliki satu ibu yang sama namun Allah SWT menciptakan mereka dengan karakter yang tidaklah sama sekalipun mereka memiliki kemiripan pada bentuk wajah.       

Begitu juga halnya ketika saya memilih figur-figur penulis yang mampu membangkitkan semangat saya dalam bidang penulisan. Ada banyak penulis yang menginspirasi saya dalam bidang penulisan dari karya-karya yang telah mereka lahirkan, namun ada beberapa penulis yang karya-karyanya terasa lebih mengena di hati, ketika saya membaca hasil pemikiran, perenungan, refleksi mereka dalam melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda atau sudut pandang yang tepat, misalnya saja Aid Al Qarni,  Bunda Neno warisman, Taufiq Ismail, Habiburrahman El Shirazy, Renal Kasali, Andrea Hirata,  dan masih banyak lagi penulis yang telah berkarya dan berjasa dalam memberikan pencerahan .

Beberapa penulis yang saya sebutkan di atas telah berhasil melahirkan banyak karya yang mampu mengubah paradigma, menyentuh hati, dan melahirkan sebuah kesadaran dalam melakukan perubahan pada kebaikan. Dari beberapa penulis yang saya sebutkan di atas ada tiga orang penulis yang pernah saya jumpai yaitu Pak Taufiq Ismail, Ustadz  Habiburrahman El Shirazy, dan Renald Kasali. Namun ada beberapa penulis lain yang penah saya jumpai dan belum bisa saya bahas satu-persatu dalam tulisan ini yaitu: Solikhin Abu Izzudin, M. Nur Lili Auliya, Herry Nurdi, Salim A. Fillah, KH. Abdullah Gymnastiar, Bambang Rudito, Prof. Damsar Azis, Bob Sadino, dll…yang memberikan kesan tersendiri buat saya.

Ketika bertemu dengan Pak Taufik Ismail dalam sebuah acara dalam rangka  memperingati kelahiran Muhammad Hatta pada tanggal 12/8 beberapa tahun silam di UNAND, pada saat Pak Taufiq Ismail berkesempatan membacakan puisi berjudul “Malu (aku) jadi orang Indonesia”, saya tergugah pada saat mendengar beliau melantunkan puisi tersebut. Beliau membacakan puisi tersebut penuh dengan pemaknaan serta penghayatan dan yang terpenting beliau membacakan karya itu dengan menggunakan hati. Pada saat beliau membacakan puisi tersebut, pesan yang beliau sampaikan melalui puisi tersebut seakan-akan meresap kedalam hati karena beliau membacakan puisi tersebut juga melalui pemaknaan dan penghayatan yang diutarakan melalui hati. Saya sekan-akan merasa seperti seorang cucu yang sedang dinasehati oleh seorang kakek bijaksana yang memberikan kesegaran kepada jiwa yang haus akan nasehat-nasehat berharga.

Entah berapa ratus kali beliau membacakan puisi-puisi di depan umum baik di dalam negeri maupun di luar negeri, namun saya yakin latihan/ proses berulang-ulang itu lah yang menghantarkan beliau pada sebentuk kesadaran dalam menyampaikan puisi dari dasar hati yang terdalam dari diri seorang Taufiq Ismail. Bagi beliau, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, lalu dibacakan di depan orang, Subhanallah…

Lain lagi ketika saya bertemu dengan seorang penulis sastra best seller Ustadz Habiburrahman El Syirazi di UNAND dalam rangka promosi Film KCB beberapa tahun silam yang mendatangkan beberapa artis pendatang baru dari Film KCB tersebut. Menurut pengamatan saya sekilas, beliau memiliki perwakan yang tenang, namun ketika beliau menjawab beberapa pertanyaan dari para penanya pada saat session tanya-jawab, maka terlihatlah seberkas cahaya keimanan, kecerdasan, dan daya yang menggerakkan pada setiap ucapan-ucapan yang terlontar dari hatinya, dari pikirannya, dari perkataannya, dan dari perbuatannya. Di akhir acara saya mencoba menghampiri beliau di balik kerumunan penggemar yang mengambil kesempatan untuk berfoto bersama. Saya menunggu beberapa saat, lalu berkata, “ Kang Abib boleh minta tanda tangannya nggak?” pada saat itu kebetulan saya membawa sebuah buku yang berjudul “Zero To Hero” karangan Solikhin Abu Izzudin, pada saat saya menyodorkan buku tersebut untuk ditanda tangani, beliau mengambil alih buku itu dari tangan saya lalu memegang pena dan menandatangani kertas putih yang berada dibalik sampul buku tersebut tanpa berkata apa-apa, lalu saya bertanya lagi, “Kang Abik boleh minta nomor HP-nya nggak?”, kembali beliau menuliskan nomor HP beliau di bawah tanda tangan yang terletak pada kertas putih yang berada dibalik sampul buku tersebut dengan ekspresi yang datar-datar saja, saya seraya berujar “Terimakasih Kang Abik…” dan beliau menganggukkan kepala, dalam hati saya berkata, “What? Cool banget :)”. Namun kedatangan beliau ke UNAND tetap memberikan kesan tersendiri buat saya.

Pada saat saya bertemu dengan Pak Renald Kasali dalam sebuah acara workshop wirausaha yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri dengan tema “Semangat… Generasi Mandiri” yang diadakan di Gedung ruang sidang Bung Hatta dan terletak bersebelahan dengan Hill Hotel Bukittinggi, pada tanggal 10/6/2008.  Beliau merupakan salah seorang motivator dalam bidang ekonomi yang telah berhasil menyemangati banyak orang dalam hal kemandirian financial/keuangan. Telah banyak terobosan-terobosan yang berhasil beliau kembangkan salah satunya mengolah sampah menjadi bahan daur ulang dan uniknya sampah yang dikelolah oleh para tenaga kerja, tidak meninggalkan bau tak sedap karena pengelolaan sampah tersebut diproses dengan mencampurkan bakteri penghilang bau kedalam tumpukankan sampah-sampah tersebut. Jadi bagi orang-orang yang ingin menyempatkan diri melihat pengelolaan sampah tersebut tak perlu repot-repot  lagi menutup hidung dikarenakan bau yang tak sedap (kata Pak Renald Kasali), kecuali bagi mereka yang memiliki frem berfikir bahwa sampah itu bau dan mereka tidak mau mencoba merubah frem berfikir mereka pada saat dihadapkan dengan tumpukan sampah yang sebenarnya sudah disterilkan dari bau dengan menggunakan bakteri penghilang bau. 

Beliau memiliki keilmuan, semangat dan antusiasme yang tinggi serta memiliki kemampuan untuk menularkan keilmuan, semangat dan antusiasme tersebut kepada banyak orang temasuk kepada saya yang waktu itu berada dibalik kursi yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa pada beberapa perwakilan Universitas, baik Universitas negeri maupun swasta, subhanallah…(Alhamdulillah Ya Allah).

Beberapa bulan belakangan ini saya cukup sering mengikuti beberapa blog di Internet, salah satunya http://timurangin.blogspot.com/, pemilik blog tersebut bernama Yusran Darmawan. Saya pertama kali berkenalan dengan pemilik blog tersebut di dunia maya,  pada saat seorang dosen bernama Buk Yevita Nurti meng-add undangan pernikahan beliau dari sebuah blog, kalau saya tidak salah blog kompasiana. Buk Yevita Nurti merupakan seorang dosen yang mengajar dibidang antropologi UNAND dan beliau juga merupakan salah seorang dosen yang pernah mengajar saya sebagai mahasiswa beliau di jurusan Antropologi UNAND, Padang, Sumatera Barat. Pada saat itu saya membaca sebuah tulisan yang terselip dalam undangan pernikahan di jejaring sosial tersebut. Pada saat saya membaca untaian kata-kata yang ada dalam undangan tersebut saya berfikir, “Wah...Antro banget, siapakah gerangan sang pemiliki tulisan ini?” lalu saya melacaknya di jejaring sosial FB dan mencoba meng-add untuk menjalin pertemanan. Tak lama berselang saya pun mendapatkan konfirmasi dari pemilik akun FB tersebut. Awalnya saya agak canggung mau manggil apa, ketika saya melihat info di akun beliau tertulis domisili Jakarta (pada saat itu), saya kira ‘orang jawa’ lalu saya menulis sesuatu dikolom komentar, “terimakasih mas sudah dikonfirm”, serta memberikan ucapan selamat pada pernikahan beliau dengan seorang gadis Bugis bernama Dwi agustriani. Namun lambat laun saya baru tahu beliau kelahiran Bau-bau dari blog pribadi yang beliau kelola. Selang beberapa lama melihat tulisan-tulisan beliau beberapa kali memenuhi beranda FB, tiap kali saya membaca tulisan-tulisan beliau saya selalu mendapatkan pencerahan-pencerahan baru dalam bidang ilmu sosial budaya/ humaniora. Setelah selesai membaca karya-karya tulis tersebut saya selalu menekan tombol jempol untuk mengapresiasi setiap karya tulis beliau. Sampai suatu ketika saya membaca sebuah artikel hasil resensi sebuah buku yang berjudul “Keep Your Hand Moving”. Pada saat itu saya merasa butuh akan ilmu yang ada di dalam tulisan tersebut. Lalu saya memberanikan diri untuk mengontak ke In Box beliau dan minta dikirimkan tulisan “Keep Your Hand Moving” ke dinding FB saya, serta minta izin untuk mengutip tulisan yang berjudul “Menulis dan Meditasi” dari blog beliau. Pada saat itu beliau mengizinkan dan berkata “Silakan” dari jawaban pesan yang saya terima di In Box saya. Tak lama kemudian saya pun mendapatkan kiriman sebuah tulisan yang berjudul ”Keep Your Hand Moving” yang berisikan trik-trik menulis yang simpel, pada saat itu saya menulis sesuatu di kolom  komentar, ”Thank’s Bang Yusran, Insya Allah... I Will Keep My Hand Moving”. Ternyata komentar yang saya tulis tersebut menjelma menjadi sebuah janji yang mengikat diri saya sendiri untuk memulai kembali belajar menulis yang notabene saya telah lama absen dari dunia penulisan. Satu hari setelah itu ketika saya membuka beranda, ada satu kiriman tulisan lagi yang saya terima dari beliau kalau tidak  salah dari blog kompasiana kepunyaan beliau yang dikirimkan ke beberapa teman lainnya termasuk salah satunya Buk Yevita Nurti. Saya cukup surpise dengan tulisan tersebut yang mengungkapkan tentang profil Bung Hatta, yang notabene saya belumlah terlalu mengenal sosok Bung Hatta secara utuh dari karya-karyanya. Namun saya rasa ada maksud tersirat dari pengiriman tulisan tersebut yaitu di negeri yang saya tempati di Bukittinggi ini telah lahir seorang tokoh nasional yang mengharumkan nama bangsa dan akhirnya sosok itu menjelma menjadi sebuah sosok yang memotivasi saya untuk mulai menulis kembali, walaupun hanya sebatas belajar mengemukakan opini di catatan FB. Dua bulan belakangan saya baru menyempatkan diri untuk membuat sebuah akun blog bernama Taman Hati di http://rahmi-chitra-saumy.blogspot.com/. Walaupun saya belum konsisten memposting tulisan setiap hari, karena keterbatasan sarana internet. Internet permanen yang saya andalkan saat ini baru sebatas akses internet melalui handphone, jika ingin memposting tulisan di blog, maka saya harus menyempatkan diri untuk mampir ke internet (Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah mempertemukanku dengan orang-orang yang capable dalam dunia penulisan di saat saya membutuhkan guru-guru dalam bidang tersebut).

Pada tanggal 31/12/2010 beliau menggenapkan tulisan di blog timur angin dengan angka statistik 1000 tulisan, Wauw! Fakta ini kembali mengingatkan saya pada sebuah kata-kata hikmah bahwa ”satu keteladanan itu lebih berharga dari seribu kata-kata” dan beliau telah memberikan satu keteladanan dalam ”bidang penulisan” dari buku yang pernah beliau resensi dalam blog timur angin yakni ”Keep Your Hand Moving”. Terimakasih Bang Yusran dan Dwi Agustriani serta para penulis yang telah banyak menghasilkan karya-karya nyata, atas ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat... Semoga menjadi amal jariah yang tak terputus hingga akhir zaman, Aamiiin. Salam buat Dwi Agustriani, Semoga pernikahannya dipenuhi dengan keberkahan dan kebahagiaan oleh Allah SWT, Aamiiin Yaa Rabbal’alamin.

*****

Bagi teman-teman yang tertarik pada bidang-bidang ilmu sosial dan Humaniora, saya merekomendasikan Blog Yusran Darmawan, di http://timurangin.blogspot.com/. Untuk menjadi salah satu referensi bacaan di dunia maya. Bahkan seorang penulis blog bernama Pak Hamzah Palalloi pernah membuat sebuah artikel di kompasiana tentang tulisan beliau yang berjudul “Bernyawa Dalam Kata”. Jika Anda tak percaya, buktikan sendiri...


SEMANGAT...


Bukittinggi, 3/1/2011.         

1 komentar: