Sabtu, 05 Februari 2011

Adab-Adab Ikhtilaf (Sebuah Ringkasan)

Bismillah...

Oleh : Salim bin Shalih al-Marfadi

Islam telah meletakkan sendi-sendi adab yang tinggi bagi seorang muslim yang berjalan diatas manhaj Sunnah, dalam pergaulannya bersama saudara-saudaranya ketika berselisih faham dengan mereka dalam masalah-masalah ijtihadiyah. Cukuplah kiranya, sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, pembawa rahmat dan petunjuk.

Artinya : "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia". (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam 'Adabul Mufrad' dan Imam Ahmad. Lihat 'Silsilah Ash-Shahihah 15')

Di antara adab-adab itu ialah :

1.) Lapang dada menerima masukan dan saran yang sampai kepada Anda untuk membetulkan kesalahan, dan hendaklah Anda ketahui bahwa ini adalah nasehat yang dihadiahkan oleh Saudara Seiman Anda.

2.) Hendaklah memilih ucapan yang terbaik dan terbagus dalam berdiskusi dengan sesama Saudara Muslim.

3.) Hendaklah diskusi yang dilakukan terhadap Saudara Sesama Muslim, dengan cara-cara yang bagus menuju suatu yang lebih lurus.

Yang menjadi motif dalam berdiskusi hendaklah kebenaran, bukan untuk membela hawa nafsu yang sering memerintahkan pada kejelekan. Akhlak Anda ketika berbicara terletak pada keikhlasan Anda. Jika diskusi (tukar fikiran) sampai ketingkat adu mulut, maka katakanlah : "salaam/ selamat berpisah !" dan bacakanlah kepadanya sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam.

Artinya: "Saya adalah pemimpin di sebuah rumah di pelataran Syurga bagi orang yang meninggalkan adu mulut meskipun ia benar" (Hadits Riwayat Abu Daud dari Abu Umamah al-Bahily)

Al-Hafizh Ibnu Abdil Bar menyebutkan dari Zakaria bin Yahya yang berkata : "Saya telah mendengar Al-Ashma'i berkata : "Abdullah bin Hasan berkata : Adu mulut akan merusak persahabatan yang lama, dan mencerai beraikan ikatan (persaudaraan) yang kuat, minimal (adu mulut) akan menjadikan mughalabah (keinginan untuk saling mengalahkan) dan mughalabah adalah sebab terkuat putusnya ikatan persaudaraan. (Mukhtasyar Jaami' Bayan al-Ilmi wa Fadlihi hal. 278)

Dari Ja'far bin Auf, dia berkata : saya mendengar Mis'ar berkata kepada Kidam, anaknya :

Kuhadiahkan buatmu wahai Kidam nasihatku
Dengarlah perkataan bapak yang menyayangimu
Adapun senda gurau dan adu mulut tinggalkanlah keduanya
Dia adalah dua akhlak yang tak kusuka dimiliki teman
Ku pernah tertimpa keduanya lalu aku pun tak menyukainya
Untuk tetangga dekat ataupun buat teman

Beberapa kesimpulan tentang Ikhtilaf, antara lain :

1.) Ikhtilaf, meskipun ia sudah menjadi perkara yang ditakdirkan oleh Allah akan tetapi wajib bagi kita untuk menjauhinya dan tidak punya keinginan untuk berikhtilaf pada suatu yang boleh selama kita masih ada jalan untuk menghindarinya.

2.) Perkara-perkara yang diperbolehkan ijtihad padanya, memiliki beberapa syarat dan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh ilmu dan keikhlasan bukan diatur oleh perkiraan dan kemauan hawa nafsu.

3.) Ahlu Sunnah memiliki manhaj dalam memahami ikhtilaf yang diambil dari Al-Qur'an dan Sunnah. Diantara adab-adabnya adalah mengikuti akhlah para salaf shalih dalam pergaulan dengan sesama mereka ketika terjadi ikhtilaf.

4.) Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menuduh saudaranya memisahkan diri dari manhaj Ahlus Sunnah kecuali berdasarkan ilmu dan keadilan, bukan berdasarkan kebodohan dan kezhaliman.

5.) Tidak mencampur-adukkan antara masalah-masalah ijtihadiyah dengan iftiraq (perpecahan) demikian juga tidak boleh mencampur-adukkan antara orang yang membuat bid'ah juz'iyah dengan orang yang meninggalkan sunnah dengan bid'ah kulliyah.

Demikianlah, semoga tulisan terjemahan dari majalah al-Ashalah ini dapat memberikan tambahan pemahaman kepada pembaca sekalian tentang Fiqh Ikhtilaf atau perbedaan pendapat...

Ya Allah... Tuntunlah kami untuk menggikuti Akhlak Rasullah SAW yang Engkau utus untuk menyempurnakan Akhlak Manusia, Aamiiin Yaa Rabbal'alamiin...

HAMASAH...


Bukittinggi, 5/2/2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar